Kaca:Cerita Panji Dalam Sastra Klasik Di Bali.pdf/164

Kaca puniki kavalidasi

macawat masambayut,

banda-kesa poleng barak,

putuh kalih,

kamna masekar pucuk barak.


596. Pada nunggang kuda barak,

mapajeng kembar rangdi,

wadwane makejang barak,

tumbak pada barak patuh,

makekober sami barak,

murub ngendih,

katon kadi gunung basma.


597. Kasundul ban I Kanuruhan,

kalihan I Rangga Rahi,

pada manegakin jaran,

panganggene putih terus,

mapajeng putih kembar,

mwang pangawin,

mabendera putih makejang.


598. Terus putih tekaning panjak,

panganggene sami putih,

64b tekaning para klian,

mamutih sakadi kuntul,

dulurin gong bebonangan,

mangrentebin,

mangatehang baris pencak.


599. Masolah sambil majalan,

satingkahe alon becik,

alap dabdab jajar empat,


memakai celana dan sempang,

dengan tali pengikat belang merah,

keduanya sama,

berbunga merah di telinga.


Semua menunggang kuda merah,

dua payung merah (memakai dua payung merah),

rakyatnya semua berpakaian merah,

tombaknya semua merah,

berbendera serba merah,

merah menyala,

kelihatan seperti gunung terbakar.


Di susul oleh I Kanuruhan,

bersama I Rangga Rahi,

semua menunggang kuda,

mereka berpakaian serba putih,

berpayung putih-putih,

di sertai tombak,

semua berbendera putih.


Semuanya putih sampai juga rakyatnya,

berpakaian putih seluruhnya,

juga para klian,

berpakaian putih bagaikan burung.

bangau,

disertai gamelan bebonangan,

melengkapi,

diikuti pula oleh tari baris dan pencak.


Menari sambil berjalan,

gerak-gerik mereka lembut menarik,

teratur rapi berderet empat,