Kaca:Cerita Panji Dalam Sastra Klasik Di Bali.pdf/166

Kaca puniki kavalidasi

nyelsel diri,

bane twara negakin jaran.


604. Kasundul ban tambur Cina,

cengceng mwang gong beri,

dulurin pepindan naga,

krura rupa panjang agung,

luir kadi mangsa janma,

bilang samping,

bendera rerontek kretas.


605. Dulurin ban kreta preman,

krura mabusana luih,

pamekel Cinane munggah,

kalih lan kepala kampung,

ring pungkurin punika,

wenten malih,

kreta mabusana abra.


606. Kapten Arab lan Mesternya,

rowangnyane mangrentebin,

maaroban mabaju gubas,

paoyog ya lumaku,

matatalia makejang,

i lelahin,

ilahilah ahilelah.


607. Soroh Tambi maca adrah,

majaga satru sarag-sirig,

dulurin ruang pwa doh,

makejang ngaba sinapang,

lian mamaid,


65b mriam gede makembaran.


menyesal diri,

karena tidak menunggang kuda.


Dibuntuti oleh tambur Cina,

cengceng serta gong beri,

disertai lambang naga,

besar, panjang, dan menakutkan,

bagaikan hendak memakan manusia,

setiap pinggirnya,

bendera serta umbul-umbul kertas.


Berikutnya kereta preman,

yang juga berhias indah,

pemimpin Cina yang mengendarainya,

disertai oleh kepala kampung,

di belakangnya,

ada lagi,

kereta berhias yang menyala-nyala.


Kapten Arab serta Mesternya,

teman-temannya yang meramaikan,

bersorban dan berjubah,

berjalan tertatih-tatih,

semua memuji dengan mengucapkan,

i lelahin,

ilahilah, ahilelah.


Para Tambi membaca doa,

seperti menjaga musuh maju mundur,

disertai teman dari jauh,

semua membawa senapan,

yang lain menarik.


dua buah meriam besar.