Kaca:Cerita Panji Dalam Sastra Klasik Di Bali.pdf/167

Kaca puniki kavalidasi

608. Tambur musik sompret umyang,

kapalane maturanggi,

panganggene denes kawot,

mabintang-bintang tanjung,

sampiran magantung pedang,

yan upami,

saksat tuan jendral perang.


609. Kaselagin baris pencak,

jajar empat petang ririg,

gegamelan kadencong,

mapangawin patalanjuk,

mabendera maadukan,

barak putih,

pamekelnyane negakin jaran.


610. Payas dane masroban,

rencang dane mangrentebin,

ngiringang ngaba rebana,

pada madikir pakarawuk,

pada menelasang swara,

pakaraik,

wat baonge pajalan tah.


611. Kawuwusan sampun prapta,

ring sanggrahan Raden Dewi,

gelis sami ida munggah,

Sang Nata sareng Sang Prabu,

Prameswari lan Prameswarya,

Raden Dewi,

sareng Rahaden Mantrya.


Tambur musik terompet gemuruh,

kepalanya menunggang kuda,

berpakaian seragam indah,

berbintang-bintang seperti bunga tanjung,

sampiran bergantung pedang,

kalau diumpamakan,

bagaikan jendral perang.


Diselingi baris pencak,

berjejer empat, empat deret,

gamelannya kadencong,

tombak-tombaknya panjang pendek,

benderanya tidak teratur,

merah putih,

pemimpinnya menunggang kuda.


Perhiasannya memakai serban,

anak buahnya meramaikan,

menyertai membawa rebana,

dengan mengucapkan dikir bersuara ramai,

menghabiskan suara,

berteriak-teriak,

urat leher mereka sampai tampak.


Diceritakan sekarang setelah tiba,

di tempat penginapan Raden Dewi,

semua segera naik,

Sang Raja Kediri dan Raja Daha,

Permaisuri Daha,

Raden Dewi,

ikut serta dengan Raden Mantri.