Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/11

Kaca puniki kavalidasi

jaan Jenggala, sedangkan kerajaan Daha disebut juga kerajaan Kediri. Karena itu, kadang-kadang dalam cerita Panji putra Jenggala
juga disebut putra Koripan, dan putri Daha diebut juga putri
Kediri. Tentang pertukaran/berganti nama ini dengan tepat pernah
ditulis oleh P.J. Zoetmulder sebagai berikut.


          "Khusus dicampuradukkan nama-nama, menyebabkan kita kehilangan
arah. Tidak hanya tokoh utama yang sama memakai nama yang
berbeda-beda dalam berbagai karya, tetapi dalam karya yang sama pun
mereka berganti nama. Menghidangkan di sini suatu ikhtiar mengenai
lebih daripada satu kidung Panji akan membingungkan pembaca yang
kurang terbiasa dengan jenis tulisan ini; selain itu akan merupakan
ujian yang terlalu berat bagi kesabarannya."9


    Dari penelitian para sarjana, terutama sebagaimana yang dikemukakan oleh S.O. Robson, ternyata bahwa walaupun cerita

Panji mempunyai suatu tema, namun tiap-tiap versi berdiri sendiri
karena bukan merupakan suatu sambungan, sebagaimana ditunjukkan dalam semua versi dongeng ini. Oleh karena itu, istilah siklus
untuk menunjuk versi tema Panji tidak tepat lagi.10


    Bertalian dengan penelitian dongeng Panji ini, telah pernah

diadakan suatu penelitian awal terhadap sejumlah naskah yang tergolong satua dengan kode IV b, yang menghasilkan suatu himpunan dongeng yang telah terklasifikasi secara kasar ke dalam subjenis /tipe dongeng, di antaranya adalah dongeng Panji. 11 Berdasarkan basil kajian ini, telah pernah dianalisis serta diterjemahkan
dongeng I Dempu Awang serta l Payuk,12 dan selanjutnya teks
dongeng Panji pemah dipakai pula sebagai bahan latihan penerje

_____________________________

    9  Lihat P.J. Zoemulde1 . op.cit., hlm. 533-534.
    10 Lihat S.O. Robson, op.cit., hlm. 12; Untuk pembenaran pendapat S.O. Robson ini baca P.J. Zoetmulder, op.cit., him. 533. Namun, masih ada beberapa tulisan yang

masih berpegang pada konsep siklus tersebut, justru beberapa lama sesudah karangan
S.O. Robson itu terbit. Sarjana-sarjana ini adalah L.F. Brakel, Die Volksliteraturen Indonesiens (Leiden/Koin: E.J . Brill, 1976), him. 32; J. Gonda, Old Javanese Literature
( Leiden/ Koln: E.J. Brill, 1976), him. 239; James Danandjaja, Folklor Indonesia (Jakarta:
PT Grafiti Pers, 1984), hlm. 112.

    11 Lihat I Gusti Ngurah Bagus, "Himpunan Dongeng Rakyat Bali" (1965, masih naskah).
    12 Lihat I Gusti Ngurah Bagus, Tokoh Dempu Awang dalam Dongeng Bali

(Singaraja: Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, 1966), dan "Galuh Payuk, Sebuah Jenis
Dongeng Bermotif 'Supat' dalam Sastra Bali" (1976 Arsip).


5