Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/174

Kaca puniki kavalidasi

2.9.2. Terjemahan

I Kedis Cengkileng


Konon ada suatu cerita, raja Koripan mempunyai seorang putra, sedangkan raja Daha tidak berputra. Raja Daha bercakap-cakap dengan permaisuri. Sabdanya,

"Adinda, telah sekian lama kita kawin, namun belum juga mempunyai anak. Mari kita bertapa ke gunung, memohon kepada dewa agar Adinda bisa mempunyai anak!"

"Ya, Kakanda, saya bersedia", permaisuri menjawab. Diceritakan raja dan permaisuri bertapa di gunung. Berkat keteguhan imannya, beliau didatangi oleh Batara Guru.

"Hai, Anakku, kamu telah memuja aku, apa yang kamu mohon ?" tanya Batara Guru.

"Yang Mulia Batara, hamba ingin supaya bisa mempunyai anak", jawab permaisuri.

"Hanya itu sajakah permohonanmu?"

"Ya, Batara".

"Permohonanmu dapat kupenuhi. Sekarang pulanglah kamu! Akan tetapi, ingat pesanku, apa pun yang kamu jumpai di jalan janganlah dipercakapkan! "Kemudian beliau menghilang. Sekarang raja bersabda kepada permaisuri,

"Adinda, sekarang mari kita pulang dan ingatlah pesan dewa tadi! Nanti apa pun yang kita jumpai di jalan, jangan kita percakapkan !"

"Ya, Kakanda!" jawab permaisuri. Beliau berjalan pulang. Di tengah perjalanan beliau melihat seekor burung cengkileng sedang mencari-cari kutu di badannya. Burung itu hinggap di ranting sebuah pohon kayu. Permaisuri baru pertama kali menjumpai burung cengkileng, maka beliau bertanya kepada raja,

"Burung apa itu, Kanda? Ah, bulunya berkilau-kilauan!" Setelah mendengar kata permaisuri beliau, raja memukul paha.

"Nab, Tadi aku telah memperingatkan, mengapa Adinda tidak menaati? Memang nasib kita sial", sabda raja. Permaisuri diam karena merasa bersalah.

Sekarang tersebutlah raja dan permaisuri telah tiba di istana. Diceritakan permaisuri sudah hamil. Lama-kelamaan setelah tua usia kandungannya, beliau melahirkan seorang putri berwujud

168