Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/175

Kaca puniki kavalidasi

burung cengkileng. Karena itu, raja dan permaisuri bersedih sambil mempercakapkan nasib mereka. Walaupun putra beliau berupa burung, tetapi dipelihara sebaik-baiknya. Anak itu ditempatkan di taman dan dijaga siang malam oleh abdi laki-laki dan dayang. Lama-kelamaan setelah burung itu besar, dia terbang mengungsi ke hutan tanpa diketahui oleh penjaganya. Raja memarahi para penjaga. Burung cengkileng sekarang telah tiba di hutan. Di tepi hutan tinggal seorang bujangan tua bemama I Truna Tua. Pekerjaannya hanya menyumpit. Pada waktu I Truna Tua sedang menyumpit di hutan dijumpainya burung cengkileng. I Truna Tua heran melihat bulu burung cengkileng yang gemerlapan, lalu katanya,

"Ah, telah sekian lama aku mengembara melakukan pekerjaan menyumpit, tetapi baru pertama kali ini kujumpai burung macam ini. Alangkah bagus bulunya dan gemerlapan."

"Kakek , Truna Tua, sumpitlah aku! Aku ini burung Cengkileng!"

"Wah , burung ini dapat berbicara seperti manusia!" Demikian kata I Truna Tua. Kemudian dia menyumpit burung itu, tetapi tidak kena. Burung Cengkileng hingga makin rendah dan mengibas-kibaskan sayapnya,


"Kakek, Truna Tua, sumpitlah aku, aku burung Cengkileng!" kata burung itu. Disumpit pula burung itu oleh Truna Tua, tetapi juga tidak kena. Sampai payah I Truna Tua menyumpit burung itu, tetapi tidak pernah kena. I Truna Tua berkata,

"Ah, buat apa aku mengejar burung ini, lebih-lebih perutku lapar, lebih baik aku pulang!" I Truna Tua berjalan pulang diikuti oleh burung cengkileng. Ketika ia berhenti, si burung ikut berhenti. Pada waktu I Truna Tua melanjutkan perjalanan, burung cengkileng ikut terbang. Terus demikian keadaannya sampai tiba di pondok I Truna Tua. Pada saat itu I Truna Tua menyumpit lagi burung itu dengan lebih berhati-hati, tetapi tidak kena.


Sekarang tersebutlah Ida Raden Mantri Koripan. Tanpa pengiring beliau diam-diam meninggalkan istana. Itulah sebabnya raja, permaisuri, dan semua penghuni istana bersedih. Raja mengerahkan rakyat untuk mencari Raden Mantri, tetapi tidak dijumpai. Diceritakan perjalanan Raden Mantri melewati beberapa jurang. Setelah jauh berjalan. beliau bertemu dengan sebuah kuil. Karena letih, terpaksa beliau beristirahat dan berbaring di sana.

169