Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/182

Kaca puniki kavalidasi

2.10.2 Terjemahan

Naga Kiles


Tersebutlah Ida Raden Mantri Koripan, beliau kawin dengan putri raja Singasari. Setelah beberapa lama kawin, hamillah Ida Raden Galuh Singasari. Dua tahun kemudian beliau melahirkan seorang putra berwujud ular naga. Raden Mantri sangat susah dan menyuruh seorang hamba memberi tahu pendeta agar datang ke istana,


Diceritakan pendeta sudah datang ke istana. Raden Mantri berkata,

“Tuan pendeta, saya ingin bertanya tentang putra saya. Saya mempunyai anak berwujud ular naga. Saya mohon petunjuk-petunjuk Tuan, apa yang harus saya perbuat?”’

‘‘Raden Mantri! Jika naga ini dibiarkan di negeri ini, ia pasti menyebabkan rakyat sengsara dan membuat negeri ini rusak. Lebih baik ia diasingkan ke Gunung Wiryadana dan dinamai I Naga Kiles”, demikian pendeta berkata. Raden Mantri menurut nasihat pendeta dan beliau menyuruh para abdi membuat peti untuk tempat putranya. Setelah peii selesai dibuat, I Naga Kiles dimasukkan ke dalam peti dan rakyat disuruh membuang peti itu di Gunung Wiryadana. Setelah Naga Kiles berada di enn. Wiryadana, dia mendengar sabda Batara Guru,


“Kamu Naga Kiles, teguhkan hatimu bertapa di sini selama satu bulan tujuh hari!” Demikian sabda Batara Guru. Baru tujuh hari I Naga Kiles bertapa, sudah terlepas kulitnya, lalu menjelma menjadi manusia tampan. Diceritakan Batara Guru memberi tahu istrinya,

“‘Adikku, sebulan lagi akan ada orang menghadap aku. Dia adalah anak Raden Mantri Koripan”’.

“Ya, Kakak! Apakah tujuan orang itu sii kemari?” tanya istrinya.

“Begini, Dik! Raden Mantri Koripan mempunyai anak berwujud naga. Dia mempunyai anak berupa naga, karena akulah yang mengutuknya dahulu. Sekarang naga itu dibuang di Gunung Wiryadana. Di sana dia bertapa dengan maksud agar dapat menjelma menjadi manusia tampan’”’, sabda Batara Guru.


Sekarang jangka waktu bertapa I Naga Kiles telah genap satu

176