Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/183

Kaca puniki kavalidasi

bulan tujuh hari dan dia telah menjadi manusia tampan, lalu I Naga Kiles pergi ke pasar negeri Daha hendak membeli kain putih, menyan, dan bunga seharga tiga ratus kepeng. Setelah selesai berbelanja, lalu dia kembali. Pada bulan purnama I Naga Kiles membakar dupa, asapnya mengepul sampai ke surga. Pada saat itu I Naga Kiles memakai kulit naga (kelongsong ular) kembali dan meluncur mengikuti asap menuju surga. Setibanya di muka pintu gerbang surga, dia berkokok. Penjaga pintu gerbang terkejut melihat naga karena untuk pertama kali ada naga datang ke sana. Penjaga pintu segera melapor kepada Batara Guru. Batara Guru bersabda,

“Hai, abdi penjaga, bagaimana rupa naga yang berada di muka pintu gerbang? Andaikata naga itu berjengger emas di kepalanya dan berkalung emas di dekat lehernya, suruhlah naga itu menghadap aku!” demikian sabda Batara Guru. Penjaga pintu kembali dan memperhatikan naga itu. Ternyata si naga berjengger emas di kepala dan berbalung emas di dekat lehernya. Kemudian I Naga Kiles diantar menghadap Batara Guru. Setelah sampai di tempatBatara Guru, bertanyalah Batara Guru kepada I Naga Kiles,

“Hai, Naga Kiles, apa yang kau minta sehingga datang kemari?’ Menjawablah I Naga Kiles,

“Jika Batara mengizinkan hamba mohon agar bisa menjelma menjadi manusia tampan”’. Hanya itulah yang dimohon oleh Si Naga, Lalu Batara Guru bersabda lagi,

“Permohonanmu dapat kupenuhi. Nah, keluarkanlah lidahmu!”’ Naga Kiles menjulurkan lidahnya, lalu digambari oleh Batara Guru, sesudah itu Naga Kiles menjelma menjadi manusia tampan. Setelah menjelma menjadi manusia, Naga Kiles dinamai I Wiryadana dan dianugerahi cincin sakti bernama panca wareg.


“Hai, Wiryadana, aku akan memberimu sebentuk cincin bertuah dan manik sekecap. Apa pun yang kauminta kepada cin-cin ini, pasti terkabul’”’. Setelah I Wiryadana menerima pemberian batara, dia mohon diri dan menuju Gunung Wiryadana.


Di sana I Wiryadana minta kepada cincin, supaya dibuatkan istana yang lengkap dan diberi sejumlah rakyat. Seketika terciptalah sebuah istana dan rakyat yang sangat banyak. Di sana I Wiryadana menjadi raja. Beliau mempunyai dua orang hamba, I Smaradana dan I Smaragati. Setelah menjadi raja, beliau bermaksud

177