Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/184

Kaca puniki kavalidasi

mencari permaisuri. Yang diinginkan menjadi permaisuri beliau Raden Galuh Daha. Beliau menjelma menjadi capung emas dan terbang menuju Daha, lalu hingga di atas daun andong merah di dekat keraton.


Sekarang tersebutlah Raden Galuh Daha. Beliau mencari campung, diiringkan oleh I Nginte dan Ngemban. Di samping istana Raden Galuh ke sana kemari, lalu terlihat oleh beliau seekor capung emas sedang hinggap di atas daun andong. Raden Galuh menyuruh I Nginte dan Ngemban *menangkap capung itu dengan getah, tetapi tidak tertangkap. Kemudian Raden Galuh mengambil getah, dengan gampang campung itu dapat ditangkap. Setelah tertangkap, capung itu dilepaskan dari getah. Sedang beliau mengambil capung itu, lalu sayapnya bergetar dan terus menerbangkan Raden Galuh. Pada waktu capung terbang suasana tiba-tiba menjadi gelap gulita. Karena itu, I Nginte dan Ngemban menangis dan cepat berlari ke istana melaporkan kepada raja bahwa Raden Galuh diterbangkan oleh capung emas. Baginda dan permaisuri amat sedih.


Sekarang Raden Galuh yang diterbangkan itu telah tiba di Gunung Wiryadana. Di sana Raden Galuh dirayu agar membalas cinta Raja Wiryadana, tetapi Raden Galuh menolak. Karena ditolak cintanya, Raja Wiryadana ingat akan cincin bertuah pemberian Batara Guru. Cincin itu dicuci, air cuciannya dipercikkan kepada Raden Galuh. Sesudah itu Raden Galuh bersedia diperistri oleh Raja Wiryadana. Setelah Raja Wiryadana memperistri Raden Galuh, beliau mengutus dua orang abdi pergi ke Koripan untuk membawa surat kepada ayahnya.


Tidak diceritakan sang utusan dalam perjalanan, utusan itu sudah tiba di Koripan dan mereka menghadap raja. Surat itu diserahkan kepada raja, lalu dibaca,


‘‘Ayah, saya adalah I Naga Kiles. Batara Guru telah mengubah wujud saya menjadi manusia kembali dan sekarang saya telah kawin dengan Galuh Daha. Kalau Ayahanda tidak berkeberatan,


‘saya mohon agar Ayahanda memberi kabar kepada raja Daha bahwa saya telah mengawini putri beliau!” Setelah membaca surat, raja segera mengirim utusan untuk membawa surat ke Daha. Surat itu mengatakan Raden Galuh telah kawin dengan Raden Mantri Wiryadana. Diceritakan setelah surat itu diterima, raja


178