Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/195

Kaca puniki kavalidasi

ngan Raden Galuh,


“Ratu Raden Galuh, inilah Mantri Koripan. Jika Tuan Putri diajak ke Koripan, apakah bersedia?’’ demikian kera sakti.


“Bibi, asal Bibi menghendaki ke mana pun saya mau”’, jawab Raden Galuh.


Keesokan harinya kera sakti berkata kepada Raden Galuh dengan berpura-pura,


“Anakku, silakan keluar dan berilah Raden Mantri tempuan!’? Kemudian Raden Galuh mengambilkan tempuan. Ketika itu Raden Mantri merasa kagum melihat kecantikan Raden Galuh dan keadaan si kera.


“Hai, kera, di manakah kamu mendapatkan anak?”

“Ratu Raden Mantri, hamba mendapat anugerah Dewa’’, demikian kera menjawab. Raden Mantri tertawa dan bertanya lebih bersungguh-sungguh. Kera sakti bertanya,


“Mengapa Tuan hamba bertanya lebih bersungguh-sungguh, apakah Tuan cinta kepada anak hamba?”’


“Hai, kera, jika kamu rela, aku senang dan cinta. Rupa anakmu mirip dengan saudara sepupuku di Daha’’, jawab Raden Mantri. Mendengar itu Raden Galuh tersenyum. Kera sakti berkata,


“Baiklah Tuanku, jika anak hamba mau, silakan ambil!’’ Raden Mantri mencoba meminangnya, tetapi ditolak oleh Raden Galuh. Setelah berkali-kali dirayu, akhimya mau juga Raden Galuh memenuhi permintaan Raden Mantri. Setelah itu beliau diajak ke Koripan. Sepeninggal Raden Maniri, istana itu hilang dan kera sakti pulang ke surga.


Tersebutlah perjalanan Raden Mantri telah sampai di Koripan. Raden Galuh terus-menerus ditanyai, akhimya mengaku bahwa beliaulah Raden Galuh Daha. Karena itu, Raden Mantri bersuka cita, kemudian Raden Galuh diperistri.


189