Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/213

Kaca puniki kavalidasi

beliau tidur, oleh I Lutung ditinggalkan pergi lagi ke rumah I Raksasa dengan maksud mencuri nasi. Setelah berhasil mencuri makanan, dibawakan lagi untuk Raden Galuh. Raden Galuh dijumpai sedang tidur, lalu dibangunkan,


“Tuanku Raden Galuh, bangunlah!” Raden Galuh bangun dan berkata,

“Oh, kamu Lutung!’.

“Ampun Tuan Putri’’, jawabnya.

“Di mana kamu mendapat nasi berkali-kali?”’ I Lutung mengatakan nasi itu hasil mencuri. Selanjutnya tidak diceritakan tentang I Lutung dan Ida Raden Galuh.


Tersebutlah sekarang raksasa hendak pulang makan. Dilihatnya bakulnya, kosong tidak berisi nasi. la termenung karena nasinya habis.


Ah, siapa gerangan mengambil dan menghabiskan nasiku setiap hari?’’ pikirnya. Raksasa mencari akal, keesokan harinya sehabis menanak, dia membuat perangkat. Di bawah perangkat ditaruh jambangan berisi air. Di atas jambangan diletakkan bakul berisi nasi. Setelah selesai memasanng perangkap, ditinggalkannya dapurnya dan raksasa mencoba mengintai.


Diceritakan karena Raden Galuh dalam keadaan lapar, I Lutung pergi lagi ke rumah raksasa. Setelah tiba di rumah raksasa, dia menoleh ke kiri kanan berkali-kali. Karena terlihat bahwa rumah itu kosong, segera dia membuka pintu dapur dan mengambil bakul nasi I Raksasa. Karena mencuri dengan tergesa-gesa dia kena perangkap dan jatuh terendam dalam jambangan. Goncangan air di jambangan terdengar oleh raksasa. Segera kakek raksasa datang ke dapur. I Lutung tertangkap dalam keadaan basah kuyup di tengah jambangan dan ditanya oleh raksasa,


“Ah, kamu yang mencuri nasiku sehingga sering-sering hilang. Sekarang awas, akan kubunuh engkau!”’


‘‘Jangan saya dibunuh! Saya mencuri nasi Kakek, karena saya mengasuh Ida Raden Galuh dan nasi itu saya berikan kepada beliau’”’, ujar I Lutung. Kemudian menyahut Si Raksasa,


“‘Sekarang di mana Raden Galuh?” I Lutung menunjukkan tempat Raden Galuh berada kepada raksasa. Kakek raksasa berkata,


“Jika Raden Galuh kauberikan kepadaku, selamat jiwamu,

207