Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/215

Kaca puniki kavalidasi

‘Mengapa kamu baru datang?” tanya raksasa.

“Oh, begini Kakek, saya berhalangan, saya jatuh’’, jawabnya. I Raksasa bertanya lagi, “Bagaimana Raden Galuh, sudahkan beliau dewasa?”’


“Beliau sudah dewasa, Kakek! Dan saya disuruh beliau memintakan beras kepada kakek. Beliau ingin makan kue klepon.Buatkan beliau tepung karena beliau tidak bisa menepung”’. Raksasa segera menepung beras sebanyak dua puluh lima tempurung sehingga keringatnya bercucuran. Sekarang beras itu telah menjadi tepung. I Lutung berkata,


‘“Kakek, nanti malam saya harapkan Kakek berada di rumah sebab Raden Galuh akan saya ajak kemari. Dan saya minta Kakek jangan menyalakan lampu supaya tidak dilihat oleh Raden Galuh!”’ Sesudah itu I Lutung menjunjung tepung dan dibawa ketempat tinggal Raden Galuh. Setiba di tempat Raden Galuh, dia ditanya oleh Raden Galuh,


“Mak Lutung, apa yang Ibu bawa?’? menyahut I Lutung, ‘Ratu Dewa Agung, hamba membawa tepung untuk dibuat kue”’.

"Kue apa yang hendak Ibu buat, begitu banyak tepungnya?” Berkata I Lutung,


“Tuan Putri! Hamba akan menipu raksasa. Jika bukan kue yang digunakan untuk menipu si raksasa supaya mati, tidak mungkin akan berhasil. Hamba telah berjanji akan menyerahkan Tuan Putri kepada Si Kakek Raksasa. Tepung ini hamba bentuk menjadi Tuan Putri dan akan hamba bawa ke sana nanti malam’’. Ida Raden Galuh berkata,


“Tidakkah Mak berolok-olok terhadapku, nanti aku dimakan oleh Si Kakek Raksasa’’.


“Daulat Tuanku, sama sekali hamba tidak mempunyai pikiran jahat terhadap Tuan Putri”. Kemudian I Lutung dan Raden Galuh bersama-sama membuat kue. Setelah kue yang berbentuk Raden Galuh itu selesai, kepalanya diisi racun.


Hari telah malam. I Lutung berkata kepada Raden Galuh, “Ratu Raden Galuh, silakan tidur! Hamba mohon diri akan pergi ke rumah si raksasa”’. Setelah Raden Galuh tidur, beliau ditinggalkan oleh I Ltutung dan ia pun pergi menggendong kue yang berwujud Raden Galuh. Setiba di halaman depan rumah Si Kakek

209