Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/216

Kaca puniki kavalidasi

Raksasa, I Lutung memanggil-manggil,


“Kakek, Kakek Raksasa, bukalah pintu! Saya I Lutung”’. Raksasa segera membuka pintu.


“Kakek, ambillah anak kecil ini! Lampu Kakek telah padam, jangan ribut!”’ kata I Lutung. Raksasa segera menerima anak kecil itu dari I Lutung dan ] Lutung menangis, menirukan tangis Raden Galuh,


‘‘Ngek, ngek”: Demikian suara I Lutung dari bawah tempat tidur raksasa.


“Aduh, alangkah gemuk Raden Galuh dan kulitnya amat putih’’, kata Si Raksasa. Kemudian I Lutung berkata kepada Si Raksasa.

“Kakek, apabila hendak makan Raden Galuh, makanlah mulai dari kepalanya!”


I Lutung pura-pura pulang, tetapi bersembunyi di belakang hulu tempat tidur sambil mengintai Si Raksasa. Raksasa bermain main dengan kue yang berwujud Raden Galuh. J Lutung bersuara dari persembunyiannya, menangis tersedu-sedu.


“Diam, diamlah Ratu,? hamba tidak akan mengganggu!” ucap raksasa. ‘


Diceritakan Si Raksasa dengan rakus makan boneka kue itu hingga habis. Sekarang- I Raksasa gelisah, perutnya panas karena baru saja makan kue beracun. I Raksasa jadi bingung, lalu pergi ke permandian sambil menjerit-jerit, lalu mendinginkan perutnya dengan air pancuran. Karena lama terendam air, akhirnya ia mati di permandian.


I Lutung mencoba menengok raksasa di pancuran. Di sana dijumpainya raksasa sudah mati. I Lutung segera berlari menuju tempat tinggal Raden Galuh. Berkata I Lutung,


“Ratu Raden Galuh, sekarang silakan Tuan Putri ke rumah raksasa karena dia telah mati!” Berkata Raden Galuh,


“Ah, Ibu Lutung, aku tidak mau ke sana, siapa tahu raksasa masih hidup, jangan-jangan aku dimakan".


“Tidak mungkin! Mari kita lihat mayatnya!” Kemudian I

______________________________

9 Ratu = panggilan kehormatan bagi orang berkasta.

210