Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/233

Kaca puniki kavalidasi

penjuru hendak mencari Raden Galuh. Dia mondar-mandir mencari Raden Galuh. Sepanjang jalan ia menggosok-gosokkan tanduknya di tanah, kemudian sampailah ia di bawah pohon beringin yang ditempati oleh Men Lutung. Terlihat olehnya Men Lutung berada di atas.


“Lutung, derjumpakah kamu dengan Raden Galuh?”’ tanya Sampi Wadak.


“Tadi beliau menanyakan kamu. Baru saja beliau berangkat ke selatan ingin menerjunkan diri ke laut, cepat kejar beliau!” demikian ucapan Me Lutung. Sampi Wadak segera meloncat, lalu menngejar Raden Galuh ke arah selatan. Setelah ia berangkat, Me Lutung bergembira dan bernyanyi,


“Malu, malu, malu, I Sampi Wadak mengasah tanduk, cantik memang cantik, tunangannya pemuda tampan’’. Berkali-kali Me Lutung bernyanyi seperti itu.


Diceritakan Sampi Wadak telah tiba di pantai. Dia memandang ke ana kemari mencari-cari Raden Galuh. Karena Raden Galuh tidak ada, lalu dia turun ke laut. Karena Raden Galuh belum dijumpai, maka dia kembali ke tempat Me Lutung. Ketika Me Lutung melihat Sampi Wadak datang, dia berhenti bernyanyi.


“Hai, sapi, bertemukah kamu dengan Raden Galuh?’’ tanya Me Lutung.

“tidak!” jawab Sampi Wadak.


“Baru saja beliau pergi ke timur, katanya mencari engkau. Andaikata beliau tidak menjumpai kamu, beliau mengatakan akan menceburkan diri di jurang’’. Sampi Wadak segera berangkat ke arah timur. Setelah dia berangkat, Me Lutung bernyanyi lagi,


“Malu, malu, malu, I Sampi Wadak mengasah tanduk, cantik-cantik tunangan pemuda rupawan.”’


Diceritakan Sampi Wadak telah jauh berjalan, naik turun jurang, tetapi belum juga bertemu dengan Raden Galuh. Karena itu, dia kembali lagi ke tempat Me Lutung. Setelah bertemu dengan Me Lutung, dia bertanya.


“Lutung! Mengapa aku tidak bertemu dengan Raden Galuh?”

“Ah, baru saja beliau berada di sini menyebut-nyebut namamu. Cepatlah kejar beliau! Bila kamu tidak segera menemui beliau, beliau merencanakan menceburkan diri di sebuah jurang’’. Sampi


227