Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/236

Kaca puniki kavalidasi

dia bersembunyi di semak-semak di dekat pondoknya. Menjelang siang datanglah I Lutung ke pondok itu hendak mencuri pisang, dia melihat-lihat dari luar pondok sambil berpikir.


‘Pondok ini kosong, penghuninya tidak ada. Sekarang aku akan mencuri lebih banyak pisang untuk bekal lebih lama, dengan demikian aku akan jarang datang kemari”. Kemudian dia masuk ke halaman pondok sambil melihat-lihat ke atas, mencari pisang yang paling masak. Karena dia berjalan sambil melihat ke atas, tidak diketahuinya kakinya kena jerat. Badannya digerak-gerakkan untuk melepaskan diri, tetapi raksasa segera datang.


“Wah, Lutung bangsai! Kamu sering-sering mencuri pisangku, sehingga rusak kebun pisangku! Awas! Engkau akan kujadikan gulai’’. I Lutung menangis mohon ampun kepada raksasa.


‘‘Mohon ampun, Kakek raksasa, jangan saya dibunuh, saya tidak tahu bahwa Kakeklah yang memiliki pisang ini! Saya sering-sering mencuri pisang ke sini untuk mencarikan makan Raden Galuh”’.


“Di mana Raden Galuh?”’ tanya raksasa.


“Bila kamu mau memberikan Raden Galuh, Kakek bersedia melepaskan kamu”’.


“Ya, Kakek! Akan tetapi, sekarang Raden Galuh masih kecil. Biarlah saya memelihara beliau dahulu. Kelak kalau sudah besar, silakan ambil! Kalau sekarang Kakek makan raden Galuh, paling paling menyangkut pada gigi Kakek’’.

“Terserah kamu. Peliharalah beliau sebaik-baiknya!”’

Ya’’, Sesudah itu I Lutung dilepskan.

“Kakek, berilah saya beras! Beras itu akan kutanak dan akan kuberikan kepada Raden Galuh supaya cepat gemuk’’, ucap I Lutung. I Lutung diberi beras dan periuk. Ia berjalan pulang sambil menjunjung periuk berisi beras.


Setiba di tempat tinggalnya I Lutung disapa oleh Raden Galuh,

“Me Lutung, mengapa Ibu baru datang? Dan apa yang Ibu junjung?” .

“Thi beras, Tuan Putri!”

“Di mana Ibu mendapat beras?”’

“Di sana, di pondok raksasa. Hamba hampir mendapat celaka. Tadi hamba kena jerat di sana. Andai kata hamba tidak


230