Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/238

Kaca puniki kavalidasi

da raksasa supaya dikira Tuan Putri”.


‘‘Kalau begitu, mari kita sekarang membikin tepung!”

“Baiklah, Tuan Putri’. Raden -Galuh segera menepung beras I Lutung. Keesokan paginya mereka membuat boneka dari tepung berbentuk manusia sebesar Raden Galuh. Kepalanya diisi sebutir buah nyiur yang sudah terkupas sabutnya. Nyiur itu diisi racun.


Pada malam hari I Lutung pergi ke pondok raksasa sambil membawa kue berwujud Raden Galuh, Setelah sampai di dekat pondok raksasa, 1 Lutung berteriak,


“Kakek, Kakek’’,

Siapa itu, kau Lutung?”

“Ya, saya Lutung! Kakek, padamkan lampu! Saya mengajak Raden Galuh. Beliau takut kepada nyala lampu, nanti beliau menangis’’. Kemudian lampu dipadamkan oleh raksasa,


“Ayolah, bawa kemari Raden Galuh, lampu sudah ku padamkan!”’ Lutung segera masuk,


“Kakek, terimalah Raden Galuh!’’ Raksasa mengambil boneka tepung yang berupa Raden Galuh itu.


“Kakek, saya akan pulang’, ujar I Lutung.

“Ya,silakan kamu pulang! Apakah kamu minta pisang?”’


“Tidak Kakek, permisi ya’’. | Lutung pura-pura pulang, lalu meloncat ke atas atap.


Raksasa amat senang kepada Raden Galuh tiruan. Ia bercanda dengan Raden Galuh tiruan, Boneka itu ditimang-timang oleh raksasa. Setiap boneka itu diangkat, I Lutung bersuara,


“Clengek, ngek, ngek’”’.


“Jangan menangis Ratu Raden Galuh! Sayang, Tuan Putri’, kata raksasa. Raden Galuh diangkat lagi oleh raksasa dan seketika itu juga | Lutung mengucapkan,

“Ngek, ngek”’.


“Sayang, Tuan Putri, jangan menangis!’”’ demikian raksasa. Setelah raksasa puas bermain-main dengan boneka itu, lalu dimakan mulai dari kepalanya,

“Kriuk, kriuk, kriuk”’.


‘‘Ah, manis rasanya’’, kata raksasa. Setelah habis kepalanya, dia melanjutkan makan badan patung itu.’


“‘Lebih hambar rasa badannya,” ucap raksasa. Setelah patung itu habis termakan, panaslah perut raksasa itu. Dia gelisah dan men-


232