Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/30

Kaca puniki kavalidasi

I Juragan Anom,

"Tuanku Raden Mantri, hamba seorang pengembara, anak juragan perahu, nama hamba I Juragan Anom. Bamba datang kemari untuk berdagang. Dagangan hamba telah laku semua, tetapi hamba masih senang di sini". Ida Raden Mantri berkata pula, "Kalau begitu, tinggallah engkau di sini bersama Kakak, engkau akan kujadikan adik angkat!" Demikian kata Raden Mantri, I Juragan Anom menurut. Sejak itu dia menghamba di istana. Raden Mantri sayang kepadanya, siang malam mereka selalu bersama-sama. Perahu dengan segala isinya diberikan I Juragan Anom kepada temannya yang disuruhnya menggantikannya berjualan.


Setelah beberapa lama dia menghamba di sana, raja Koripan jatuh sakit. Semua dukun di negeri itu telah mencoba mengobati, namun tidak ada yang berhasil. Ada seorang ahli nujum meramalkan penyakit raja, dikatakannya penyakit itu akan sembuh bila diobati dengan burung cenderawasih. Oleh karena itu, Raden Mantri memerintahkan I Juragan Anom pergi ke hutan untuk mencari burung cendrewasih, dan sebelum mendapat burung itu I Juragan Anom tidak diperkenankan pulang.


Sekarang tersebutlah I Juragan Anom telah tiba di hutan. Berkelilinglah dia di sana, namun tidak dijumpainya burung cenderawasih itu. Setelah malam dia tiba di pondok permaisuri. Di sana dia mohon menginap. Kemudian permaisuri bertanya,

"Tuan berasal dari mana dan siapa nama Tuan?" Kemudian I Juragan Anom menjawab,

"Ibu, hamba abdi Raden Marttri Koripan, nama hamba I Juragan Anom. Sekarang hamba diutus oleh Raden Mantri untuk mencari burung cenderawasih yang akan dijadikan obat untuk raja. Sebelum mendapat burung itu, hamba tidak diizinkan pulang. Siapakah lbu, mengapa berdua sama-sama perempuan tinggal di sini?" tanya I · Juragan Anom. Berkatalah permaisuri sambil menangis,

"Aku permaisuri raja Daha, tetapi malang aku bersama anakku Raden Galuh, dibuang di sini oleh suamiku yang sedang tergila-gila dengan I Liku. Seorang putraku masih tinggal di istana, tetapi aku tidak tahu apakah masih hidup ataukah sudah mati", demikian permaisuri. Setelah mendengar ucapan beliau, I Juragan

24