Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/67

Kaca puniki kavalidasi

joli. Ah, besar dan kukuh joli itu, diperkirakan berlima pun duduk di atasnya, joli tidak akan patah. Setelah seles«i dikerjakan, joli itu dibawa ke Pajarakan. Sekarang barulah besar joli itu sesuai dengan Galuh Liku. Karena cintanya, Raden Mantri tidak mau berpisah dengan Galuh Liku, mereka selalu berdampingan. Diceritakan mempelai telah tiba di istana Koripan, tetapi joli yang dinaiki itu tidak bisa masuk di gapura istana karena terlalu besar. Raden Mantri Anom melihat ayahnya duduk berdampingan dengan Galuh Liku. Ayahnya tidak melihat putranya karena beliau selalu menundukkan kepala, tidak mau melihat ke mana-mana. Raden Mantri Anom melihat para hamba yang mengusung joli berkalikali maju mundur di depan gapura, lalu beliau mendekati para hamba itu serta berkata,


"Mengapa joli itu dimajumundurkan terus? Masukkan segera joli itu ke istana agar muka mempelai tidak kering kena sinar matahari !"Raden Mantri mendengar kata-kata putranya,tetapi beliau au diam saja karena takut kepada putranya. I Patih menyembah,

"Ampun Tuanku, joli itu tidak bisa masuk ke dalam gapura karena terlalu besar". Raden Mantri Anom berkata pula,

"Andaikata joli itu tidak bisa dimasukkan, junjunglah I Galuh Liku".

"Wah, bila hamba menjunjung I Liku, dia beruntung. Hamba tidak bersedia menjunjungnya sebagai saran Tuanku walaupun hamba harus menanggung risiko mati. Lain halnya kalau terhadap ibu Tuanku, hamba pasti bersedia menjunjung beliau". Demikian kata I Patih. Kemudian Raden Mantri Anom menyahut lagi,

"Ah, betapa bodohnya kakek! Bongkarlah tembok itu! Tidak usah;. sayang akan tembok, kelak masih bisa diperbaiki." Setelah mendengar ucapan Raden Mantri, para hamba segera mengambil alat-alat, ada yang mengambil linggis, ada yang mengambil cangkul, akan digunakan membongkar tembok. Muka Raden Mantri penuh dengan debu. Kemudian Raden Mantri dan Galuh Liku masuk ke dalam kamar bersama-sama. Sekarang Raden Mantri terus-menerus berada dalam kamar, tidak kunjung keluar. Di sana beliau bercumbu rayu dengan Galuh Liku. Sampai pakaian dan wajah Raden Mantri sangat kotor karena tidak pemah dicuci dan mandi. Setelah tujuh hari Raden Mantri tidak ke luar dari kamar, Raden Mantri Anom berpikir,



61