Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/85

Kaca puniki kavalidasi

na dia?" Raden Galuh menjawab,

"Saya sudah sejak tadi berada di sini, tetapi tidak bertemu siapa-siapa. Mengapa Tuan kemari membawa joli besar dengan gong? Saya belum kenal, siapakah Tuan? Silakan perkenalkan diri Tuan supaya saya dapat berbicara dengan baik".

"Baiklah kalau Nona belum kenal, saya Mantri Koripan. Maksud kedatangan saya kemari untuk menjemput kekasihku, akan kuajak ke istana. Saya membawa joli besar untuk kekasihku yang tubuhnya besar, tidak seperti manusia biasa. Saya juga ingin berkenalan dengan Nona. Siapakah Nona?" Setelah mendengar perkataan Raden Mantri, Raden Galuh menyembah,

"Kakanda, saya kekasih Kakanda yang dahulu bertubuh besar. Saya Galuh Daha sepupu Kanda". Demikian kata Raden Galuh, sambil memeluk kaki raden Mantri. Beliau menceritakan riwayatnya dari awal sampai akhir. Mendengar kata Raden Galuh, Raden Mantri sangat senang dan memerintahkan hambanya untuk kembali ke istana mengambil joli emas. Juga memberitahukan kepada raja bahwa Raden Mantri akan kawin hari itu juga dengan Raden Galuh Daha. Para hamba segera kembali ke istana. Joli bambu yang besar itu dibuang ke jurang. Setiba di istana para hamba melaporkan kepada raja apa yang diperintahkan oleh Raden Mantri. Betapa gembira hati raja ketika mendengar laporan mereka dan segera memerintahkan dayang dan tukang sajen supaya membuat sajen untuk upacara perkawinan. Hamba yang lain disuruh menangkap babi. Selain itu para hamba juga disuruh mengambil joli emas, akan digunakan menjemput Raden Galuh. Para hamba segera mengambil joli itu, lalu berangkat ke hutan menjemput Raden Galuh.

Tersebutlah Raden Mantri dan Raden Galuh telah sampai di istana. Mereka disambut baginda dan permaisuri. Raden Mantri dan Raden Galuh dipersilakan naik ke balai upacara untuk melakukan upacara perkawinan. Setelah selesai upacara, raja bercakapcakap dengan Raden Galuh. Raden Galuh menceritakan riwayatnya. Raja amat senang mendengar cerita Raden Galuh.

Sekarang diceritakan putra raja Mataun, beliau mendengar berita bahwa putri raja Daha dibuang ke hutan karena bentuk badannya sangat besar, tidak sesuai dengan ukuran manusia biasa. Putra raja Mataun, Ida Raden Mantri Anom ingin mengenal Raden


79