Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/27

Kaca puniki kavalidasi

12. Tetapi Raden Mantri, tidak ada maksud karena tiada yang lain, menjadi buah hatinya, yang selalu terbayang, terasa seperti selalu berdarnpingan selalu mendoa di dalarn hati, permata jiwaku, di maanakah dinda sekarang, kucari, kalau dinda tidak kutemui, Jebih baik kanda mati.

13. Tiada diceritakan Raden Mantri bersedih hati, diceritakanlah Raden Megantaka, siang dan malam pikirannya, terus menggoda Raden Galuh diajak bercum bu rayu, tetapi dia selalu menolak jika saatnya seketika dia sakit, pagi-pagi, ketika Megantaka dihadap, untuk mengadakan sayembara.

14. Semua pemuda keluar, ke halaman istana berkelompok- kelompok sorak-sorak sangat ramai, yang menonton para gadis dan pemuda, besar kecil semua menonton, Raden Ambaramadia, juga ingin menonton, lalu berganti pakaian, kain cepuk sari (nama jenis kain) dengan saput (kain penutup dada sampai ke punggung) sangat pantas dengan ikat pinggang sutra.

15. Dengan memakai keris, dengan bertatahkan perada, pokok keris yang sangat indah, bersunting bunga kembang sepatu lalu keluar dengan bergaya, langsung ke halaman istana, setiap orang yang melihat, laki perempuan kagum, melihat, kedatangannya tidak banyak yang memperhatikan, lalu beliau duduk di belakang.

16. Raden Megantaka melihat, dengan heran lalu beliau berkata, "Oh kamu kemarilah, di sini kamu duduk", Raden Mantri segera ke de pan, agak membungkuk, duduk di depan, Raden Megantaka berkata, Sungguh kakak tidak tahu, siapa kamu ini.

17. Nama dan desamu, hendaknya karnu ceritakan! Raden Mantri berkata, dengan sopan santun, saya rakyat dari dusun, hernama Ambarapati, tidak mengetahui daerah asal, karena hamba tuanku, sudah lama meninggalkan negara, waktu masih kecil, meninggalkan desa, sungguh akhirnya sangat menderita.

18. Raden Megantaka menjawab, jika kamu suka di sini, pulang


27