Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/32

Kaca puniki kavalidasi

adinda , untuk menjadi suami-istri, akan menjadi permaisuri di istana.

8. Sang pemuda mengharap jawaban, karena sangat khawatir melihat, gadisnya yang susah, wajahnya seketika murung, rupanya seperti bulan, yang dihalangi oleh awan, lemah seperti tidak bernyawa. diciumi sambil menangis, air matanya bagaikan menyirami orang yang meninggal dunia.

9. Sungguh bagaikan air penghidupan, tuan putri sadar agak malu, lalu mengambil kain dan ikat pinggang, si pemuda lalu membantu, memasang kain dalam kemudian disusul dengan ucapannya yang merayu, Oh dinda permata hati, sungguh kanda merasa khawatir kanda kira adinda sudah tiada lagi, junjunganku sampai hati meninggalkan diriku.

10. Silakan adinda mandi, supaya badan terasa segar, diselingi dengan kehadiran I Soka, bagaimana sekarang, mengapa begini jadinya, silakan mandi tuan putri, lalu dipikul oleh tuan mantri, dibawa ke pancuran, lalu dimandikan, tuan putri dipangku.

11. I Sentul membawa kain, kain dalam dan param harum, I Soka memperbaiki tempat tidur, sudah semua diganti, dan yang mandi keduanya, setelah berganti pakaian, memakai kain dalam patawala (nama kain), berkain songket yang indah, dengan ikat pinggang, sutra hijau, merah dan kuning.

12. Setelah selesai dengan segala harum-haruman lalu masuk ke balai-balai dan tidur bertukar sepah di bibir, tuan putri menerima dengan bibir disertai dengan cumbu rayu, bagaikan kumbang mengisap bunga, siang malam tidak henti-hentinya, menikmati indahnya cinta, jika siang hari pikirannya hendak memetik bunga.

13. Pagi-pagi sekitar jam 7, lalu Raden Mantri, berganti pakaian kebesaran, semua yang sudah terkenal, memakai selimut (saput) sutra hijau, bertatahkan perada yang indah mengkilap, berikat pinggang yang indah, rambut hitam, mengkilap, cocok bersunting, bunga teratai merah.


32