Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/64

Kaca puniki kavalidasi

sambil tertawa berkata, dan memukul paha, pembantunya
lagi yang datang, apalagi sekarang panen jadi, sungguh terlalu
berani, seperti sebutir telur, berani beradu dengan batu padas,
oh ke mana mau pergi, untuk memperpanjang hidup, hidup
ini sudah sama dengan mati.

26. Dikiranya Ambarapati. Raden Mas Tilarnegara, tersenyum
dan berkata perlahan, "Apa, terlalu banyak bicara, karena
aku sudah bosan hidup, tetapi jika Tuhan berkenan, kamu
merasa dirimu bebas, karena kesaktianmu, karena terlalu
serakah, tidak tahu baik dan buruk karena hanya tahu ke-
marahan.

27. Raden Megantaka bersiap memegang panahı dengan naga pasa,
Raden lalu maju ke depan, dipanah sudah terbekuk, Megan-
taka jadi terikat, adapun bunga melati, menjadi tali yang kuat
jadi kain. ikat pinggang dari atas dada, lalu terdengar sorak
prajurit sangat ramai.

28. Prajuritnya semua waspada melihat, rajanya kalah berperang,
lalu I Tatitangedap, memberitahukan supaya menyerah, lalu
berkata semua I Siungcaling segera menyongsong, Sang
Megantaka dibawa, kepada Raden Mantri Ambarapati, sangat
senang Raden Mantri.

29. Raden Ambarapati berkata," Megantaka seorang yang jantan
di dunia, sekarang apa kehendakmu, kalau mau hidup, apa-
lagi mau mati bisa dalam sehari," Megantaka berkata, "Ya
paduka tuan saya mohon maaf sebesar-besarnya, sudi kiranya
paduka tuan belas kasihan, saya tidak berani lagi.

30. Akan menentang atau tidak hormat, pada tuan, jika saya
melanggar, sampai anak cucu saya, supaya jangan menjadi
raja, kalau menjelma lagi nantinya, biarlah saya menjelma
menjadi binatang yang menjijikkan, seperti lintah di tegalan,
cacing dan cacing tanah, jika saya melanggar janji.

31. Saya memaafkan kakak, Sentul cepatlah lepaskan, supaya
jangan luka tangannya, I Sentul cemberut, kenapa dimaafkan
segampang itu, kembalikan saja yang sudah-sudah, sayangnya
bukan saya yang mengalahkan, untuk apa pecundang diberi

64