rumput, ke sana ia pergi, salah caranya diambil orang, apa yang dipakai meminta kembali, kelihatan sudah kebodohan gembala, pasti ditertawai orang.
167. Jangan terlalu menuruti kesenangan, jangan pula terlalu menahan, jangan terlalu tidak menyenangi supaya jangan sampai disoroti, oleh orang banyak, menyebabkan sampai diketahui jiwamu, kalau kamu punya musuh, itu harus pakai politik, jakan ia ikan di sungai.
168. Karena diri terlalu bodoh, segera memakan alat pemikatnya, tidak tahu itu berisi pancing, akhirnya bisa dipanggang, ingatkanlah itu baik-baik, jangan lupa kepada sastra, para pendeta harus dijunjung, ajak mempersoalkan negara, supaya masyarakat menjadi sentosa.
169. Karena hanya tiga itulah menjadi pemuka, kalau dalam sastra, yang tiga itu adalamong kara, itulah yang menjadi pemuka, sebagai parama siwa, dalam suatu negara adalah raja, sebagai sada siwa adalah siwa, di gunung adalah Brahma, karena dialah sebagai siwa.
170. Yang tidak itu yang diberikan terpisah-pisah, karena yang tiga itu menjadi tiga kesatuan yang kuat, sekala maupun niskala, baik keduanya, Bagus Diarsa setuju, menyembah berkata, semua petunjuk Betara semua sabda Hyang Guru, sudah meresap dalam hatinya.
171. Hyang Guru berkata halus, silakan dulu kmu sucikan diri mu, supaya lepas dari mala, I Bagus Diarsa melaksanakannya, lalu ia mandi, pada pancuran yang banyaknya 7 macam, sapta tirta sudamala, menyebabkan dirinya sempurna.
172. Sesudah diberikan alat pembersihan, dan sudah cukup tata caranya, betara bersabda lagi, setelah kau di sana, periksa ayam itu tiga ekor, pilihlah sesuka hatimu, itu tempatnya di bawah meru berjejer di atas dataran, Bagus Diarsa menyembah.
173. Lalu pergilah ia melihat ayam di sana, bimbang dalam ha-
30