Agung bergurau, dengan halus lalu berkata, silakan senjatai ayammu, Bagus Diarsa menurut, konon sudah selesai, I Gusti Agung akan melepasnya.
208. Ke dalam lapangan judian dengan sikap berwibawa, dengan sinis lalu berkata, bahasa kau sekarang Diarsa, pokoknya kamu kalah saya andaikan seperti ikan goreng dalam piring, karena kau terlalu bodoh, ramai orang tertawa, Gusti Sulaksana berkata, relakanlah hatimu untuk bersatia, mungpung bara api masih besar.
209. I Bagus Diarsa diam sambil membungkuk, ke lapangan hendak melepas ayamnya, dengan perasaan khawatir dan gemetar, ayam sama-sama dilepas, ayam I Bagus Diarsa takut dikejarnya, berkeliling di tengah lapangan, sorak-sorai sepontan, I Gusti Agung bersorak, jongkok sambil memegang patok bambu.
210. Di hadapan I Gusti Agung, ayamnya I Bagus Diarsa balik kembali, ditarungnya ayam Anak Agung lalu matilah ayam Anak Agung, kemudian I Gusti Agung ditarungnya, lalu kenalah lambungnya, lalu beliau pingsan, pramanca semuanya, semua menolongnya.
211. Sementara ribut dalam judian, sama-sama terkejut, Bagus Diarsa ke pinggir, mirahnya diambil, ayamnya terbang di angkasa, mengikuti I Bagus Diarsa dari belakang, sesampainya ia di rumah lalu bersalin pakaian, lalu memotong kayu untuk pati tombak.
212. Diceritakan orang-orang yang ada di bawah wantilan tempat judian, semuanya ribut, menolong I Gusti Agung, pertolongan ringan banyak datang, bahkan alat penolong tenaganya I Gusti Agung sudah diberi, ada yang menolong dari telinganya, tenaganya semakin lemah, lalu meninggalah I Gusti Agung, banyak orang pada menangis.
213. I Gusti Sulaksana dengan sebuah senjata, juga I Gusti Nyoman, Samirana, dengan sebatang keris, kentongan sudah dipukul, rakyat semuanya datang, rakyat yang diumpama-
36