rintah Hyang Narada, sepatutnya mereka bertempat disorga, nayamut mengeng, tan winuwus, seharusnya tidak mengalami takdir kembali, raspati awesa iku, sedah diberi nama Bagawan Mretalocika.
248. Istrinya juga sudah diberi nama Betara Nayopasuci, I Wiracita sudah menjabat raja, nenggih nama kredinira, di junjung oleh semua raja, prabu Wijayakesuma, yang selalu membuat kesentosaan jagat.
249. Para pendeta berkumpul, sudah dianugrahi, kata-kata yang menyenangkan, sesudah selesai, lalu mereka kembali ke rahmatulah, menuju sorga, Hyang Narada sudah juga kembali, terbang melalui angkasa, cerita masih dilanjutkan sedikit lagi.
250. Sepanjang ia menjadi raja, Sri Jaya Kesuma, dunia jadi tentram, tidak kesukaran yang menghalangi, yang adharma menjadi darma, orang para arif bijaksana, bergembira mengadu kepintaran, kanida madya motama, selalu mengadakan pelaksanaan pemujaan.
251. Setiap yang diberi murah, tidak kekurangan suatu apa, baik berupa makanan, adil makmur negaranya, tidak perlu yang kukatakan lagi, mengenai diri sang raja, sampai di sini karangan ini, karena pemikiran terlalu dangkal, lebih dangkal dari lubang yang terdangkal.
252 Selesai ditulis karangan tembang ini, di Badia Sarkara, dikatakan waktu menulis, pada waktu uku krulut, sasihnya sasih karo, rah tujuh, tenggek tiga, sekalannyane di gunung. Pahlawan sarpa purusa, tahunnya 1837 C (1915M).
42