Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/11

Kaca puniki kavalidasi

19. Sesek supenuh tekeng manguntur pisan,
yaya panjereningsari,
bingaring busana,
muang sepacareng natar,
cara-carania angrawit,
awuwukiran,
ahelet sarwa sari,


20. Tan pegat umarang pangrubunging bramara,
akusa-kusang sari,
anesep sarkara,
luir kakung angamong diah,
angisak-isak anangis,
ndan sori narendra,
matur ri jeng sang yati.


21. Duh singgih bapa sang yatiwara,
rangwakana mengkoki,
wetning kabinawa,
walatik inikang werta,
anenggeng wusa jati,
walu ring Jirah,
Budawangsa brakmani.


22. Ameret ulah marih tumpuring jagat,
ahulah sedtatayi,
muah sisia~sisian,
mudagaken pustaka,
muka siwaning bicari,
sinung nugraha,
de ra Hyang Bagawati .


"Penuh sesak sampai di halaman luar,
nampak seperti bunga mekar setaman,
semaraknya pakaian-pakaian beliau,
serta aturan halamannya,
semuanya semarak,
berakhir,
diselang-selingi dengan bunga.


"Tak putus-putusnya bunyi kumbang,
yang hinggap di bunga,
mengisap madu,
bagai lelaki memeluk putri cantik,
(yang) menangis terisak-isak,
kemudian sang raja,
berkata kepada sang pendeta.


"Ya bapa sang pendeta agung (mulia),
dengarlah sekarang ini,
sungguh telah tersebar luas,
terbetiknya berita,
dan itu memang betul,
janda di Jirah,
seorang brahmana wanita beragama Buda.


"Berusaha keras demi rusaknya negara,
melakukan kejahatan yang tergolong sadtatayi.
serta mempunyai murid,
mempelajari sebuah buku,
sebagai sumber ajaran sihir,
(serta) diberkati,
oleh Hyang Bagawati (Durga).