Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/24

Kaca puniki kavalidasi

sirebunira,
mangke sama asung runtik.


71. Anghing karep ra bibi amisan-misan,
tumurun ing awesi,
mangke inganania,
leburaning swarajia,
gempung atemahan asti,
muah, peredana,
ri tan hannaning bumi.


72. Sakuehing sisia asemu wirang,
singgih paduka padmi,
wonten kayandika,
mangke sedang dadaha,
ri tekaning baya puti,
pang guruyaga,
cihnaning sisia bakti,


73. Uren mangke nini mara ing kahyangan,
mastungkara batari,
aminta nugraha,
parelinaning buana,
daran mangke sira nini,
nara ing setra,
Gandamayu inongsi.


74. Lastaria lumampah iniringing sisia,
tan koning haneng margi,
katon tang pancaka,
ati durgana wiar,
pasamuaning wong aneresti ,


adapun ibu,
sekarang sama-sama marah.


Tetapi bibi hendak menghadapinya secara habis-habisan.
turun ke neraka,
sekaranglah saatnya,
hancurnya kerajaan,
rusak menjadi abu,
kembali kiamat,
yaitu tak adanya bumi.


Semua muridnya membayangkan
rasa berbela bakti,
ya, yang terhormat ibuku,
berkenaan dengan kata-kata ibu,
sekarang hamba wajib menuruti,
pada waktu kedatangan bahaya kematian,
sebagai persembahan kepada guru,
sebagai bukti murid yang bakti.


Baiklah sekarang ibu pergi ke kahyangan (pura),
memuja batari (dewi),
memohon izin,
demi hancurnya dunia,
marilah berangkat sekarang,
pergi ke pekuburan,
(pekuburan) Gandamayu yang dituju.


Cepat jalannya diiring oleh murid-muridnya,
tak diceritakan di jalan,
maka terlihatlah pekuburan,
amat menyerarnkan dan luas,
tempat berkumpulnya orang yang menyihir,

25