Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/35

Kaca puniki kavalidasi

umetu kapacirit.

(sampai) mengeluarkan tahi.

114. Prapteng sona anungkap karwa dinilat pejah,
tan pangudili,
akandah ing marga,
muah ikang wang ing umah,
kakenan piranti,
buh busung barah,
cekehan angrigis.

Anjing itu datang meloncat keduanya dijilat sehingga mati,
tak dapat berbuat apa-apa,
terkapar di jalan,
dan orang-orang di rumah,
terkena sihir,
bengkak, busung serta panas,
batuk kering serta mengurus.

115. Semeg borok rumpuh sawanya angrangrang,
tan ana wang urnijil,
angepep ing umah,
linud ing nirahara,
tan pengan tekaning wisti,
yaya kinuca,
atusan punang mati.


Tubuh membengkak, borok, lumpuh, semaput rnerajalela,
tak ada orang keluar,
(melainkan) tinggal diam di
rumah,
lagi pula tidak makan,
tak putus-putusnya penyakit
datang,
seperti diremas-remas,
ratusan yang mati.


116. Amatak mantra nederan hana ring tengah,
tan lan nika Sigandi,
rehnia salah wastra,
angliga teken madia,
anulak baga ;lngukik,
angambung tangan,
nuding akweh angising.

Mengucapkan mentera berkeliling,
yang ada di tengah,
tidak lain yalah Sigandi,
oleh karena dia tak berkain,
telanjang bulat serta bertolak
pinggang,
memasukkan jarinya ke kemaluanserta berteriak,
(kemudian) membahui tangannya,
(terus) menuding {sehingga) banyak yang mencret.

117. Durbala kang wang erem amunas bara,
tan ketang kuehing mati,
tan keneng osada,


Sengsara orang-orang, suram
serta sangat kepanasan,
tak terhitung banyaknya yang
mati,
tak dapat diobati,

36