panekasnia ne pasisi,
raneb patiania,
kecubung urang-aring.
154. Perumpung lan kamusu ajajar-jajar,
winileting wit sawit,
lumut alab-alab,
ganggang lan selutdara,
kumambang amiwir-miwir,
kueh sarwa mekar
berahmania angringring
155. Sandingnia tusan benar yaya
sinipat,
kuweh hayumia ri tepi,
mukania candana,
tangguli muang campaka,
tanjung surastri kamuning,
asahan sekar,
sumar gandania marmerik.
156. Pira kunang desa pringga
kinahasan,
prapta ring Lemah Tulis,
kahadang sang dwija,
wus sira amuja,
suteja agung alengis,
aguguntingan,
sipatakung alikit.
157. Acereng asekar kinalpika
apasang,
atabikang rarawis,
airang gimbal,
janggut inganing dada,
tuhu wijiling awiati,
berakhirnya (muaranya) di tepi pantai,
lebat pohon peneduhnya,
kecubung dan urang-aring.
Gelagah dan bias (sejenis keladi)
berjajar-jajar,
berbelit yang satu dengan lainnya,
lumut hijau-hijau,
ganggang dan kiambang,
kembang terurai (memenuhi permukaan air),
banyak berjenis-jenis bunga,
kumbangnya berdening-dening
Di sebelahnya pancuran yang lurus
seperti disipat,
banyak kayu-kayuan di tepinya,
terutama cendana,
tengguli dan cempaka,
tanjung, surastri dan kembang kuning,
penuh (banyak) bunganya,
semerbak baunya sangat harum.
Entah berapa banyaknya desa
dan jurang dilalui,
sampailah di Lemah Tulis.
kebetulan sang pendeta,
selesai beliau memuja,
wajahnya cerah agung nampaknya serta rapi,
bercukur,
berkuris menarik hati.
Berwibawa dengan berbunga kalpika
sepasang,
lebat kumisnya,
hitam serta panjang,
janggut sampai di dada,
sungguh pantas lahir dari ketiadaan,