Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/57

Kaca puniki kavalidasi

196. Singgih pukulun sang seri paduka nata,

yaki ra brahmana aji,

kinen mereka,

de sang seri dwijeswara,

hasda andika aji,

sing sakewasa,

lakuning wiku hemis,


197. Tulusaken sih ta sang seri yatiwara,

suaca hanugrahani,

ratu hina kaya,

katakan wiadi baya,

luir kegunturaning langit,

sang inujaran,

ngaros nalanira angapi,


198. Bekasan sira maturang seri narendra,

tan len ra berahmana aji,


kinen maring Jirah,

amasang indrajala,

amerih sira Ratna Manggali,


anglila-lila,

amunahakan runtik.


199. Nghing sang nata santoseng wiku wiguna,

luir angaduskan jurit,

jaya parajaya,


apan tan kaniscayan,

rebating sihing hyang widi,

ndan seri narendra,

tan aperasa malih.


" Ya yang terhormat seri paduka raja,

hamba ini pendeta tuanku,

hambar disuruh kemari,

oleh beliau pendeta agung,

mohon perintah sang raja,

menurut kemampuan,

(hamba) sebagai pendeta nista.


Teruskanlah belas kasihan tuanku pendeta yang mulia,

sudilah menganugerahi,

raja hina seperti hamba,

yang tertimpa kesengsaraan,

laksana tertimpa langit,

yang diajak bicara,

(seperti agak) ketakutan hatinya mendengarnya.


Lalu berkata beliau kepada sang raja,

tak lain beliau sang pendeta tuanku raja,

disuruh pergi ke Jirah,

memasang daya-upaya,

berusaha untuk mendapat dia si Ratna Manggali,

(serta diajak) bersenang-senang,

untuk menghilangkan kemarahannya.


Tetapi, tuanku raja, maklumilah hamba ini pendeta nista,

ibarat berperang,

(mungkin) senang (atau mungkin pula) kalah,

sebab tak dapat dipastikan,

merebut kasih Tuhan,

adapun sang raja,

tak dapat berpikir lagi.


58