204 . Tan mari angrak-lakuning wahana,
meremaga yayang tulis,
lintang sakarika,
meh manjing henang wana,
wawa hana katon radin,
lurah-lurah,
nia sedeng paraning kawi.
205. Heniang danu ri sukunikang acala,
akueh sekar nedeng sari,
rinabaseng kumbang,
erang anasep sarka,
raranjing-ranjingania laris,
tekang pasawahan,
wania suda hening,
206. Wonten recek ika areneb pakismia sarasa,
kueh angaring,
miwir-niwir lar,
sewaneh anarasah,
nesep ing lumut rapi,
sihana sisikan,
ajule hanut kapti,
207. Waneh hana raja wuryaning parhyangan,
gumuk-gumuknia kari,
asanding talaga,
tepi-tepinia lumra,
sarwa kusuma sah sari,
ketaka kembang,
kumbang angamung sari,
" Selalu cepat jalannya kereta,
beriring teratur mengalahkan rapinya (deretan) tulisan,
setelah lewat dari sana,
maka memasuki hutan,
barulah terlihat bersih,
lurah-lurah,
nya pantas didatangi oleh pengarang.
Ada danau di kaki gunung,
banyak bunga sedang kembang,
diisap oleh kumbang,
ramai bunyinya mengisap madu,
masuk-masuknya cepat,
sampai di pesawahan,
aimya bersih serta hening.
Ada gemerciknya lebat pakianya serta burung belibis,
banyak lagi pula jinak,
mengembang-ngembangkan sayap,
yang lain lagi mencari makan,
menyudu lumut sedemikian rapinya,
ada lagi menyisiki bulunya,
senang menuruti kehendak hatinya.
Lain lagi, ada bekas bangunan suci yang indah,
masih gundukan-gundukan tanahnya,
berdampingan dengan telaga,
di tepi-tepinya banyak,
beraneka warna bunga yang sedang kembang,
pudak (juga) kembang,
kumbang menciumi bunganya,
60