Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/66

Kaca puniki kavalidasi

luwir kusuma sepang,

tan kamaning brahmara,

sang dyah angasha manis,

akusang pangkuan,

sambatnia amelas asih.


233. Sampun sira nini kudu soka cita,

pan wong kula jati,

aran Mpu Bawula,

sisia sang yogiswara,

peredesaning Lemah Tulis,

ndan sira sang ayah,

pengawetning pinidi.


234. Tan dadi denira angret panah ning waspa,

sumirat heneng pipi,

kataheng swacita,

sotaning somawita,

tan malih adrewe budi,

wusinabayan,

sang sinom haneng wuri.


seperti bunga setangkai,

belum diisap oleh lebah,

sang ayu gelisah nanging manis,

tiduran di pangkuan (ibunya),

kata-katanya menyedihkan hati.


Janganlah kamu bersedih hati,

karena (dia) keturunan orang baik,

bernama Mpu Bawula,

murid sang pendeta agung,

bertempat tinggal di Lemah Tulis,

beliau sang ayah,

hidup sendiri (tanpa ibunya).


Tidak dapat dia menahan air matanya,

meleleh sampai ke pipi,

disebabkan karena perasaannya,

karena dia adalah seorang suci,

tidak lagi memiliki perasaan lain,

sudah selesai,

pupuh sinom berikutnya.


Pupuh Sinom


235. Kunang sira Mpu Bawula,

nitia sumawaning bibi,

sinarya anyolong panon,

katon sang ratnaning puri,

tuhun ndatan pasiring,

sor languning pasir gunung,

amunah gula drawa,

katuaning hayu sabumi,

keduk rumrum,

gatraning semara dayita.


Tetapi beliau Mpu Bawula,

setiap hari datang pada sang Rangda,

sambil melirikkan mata,

dilihat oleh sang putri (Ratna Manggali),

memang tidak ada tandingannya,

kalah keindahan laut dan gunung,

mengalahkan kemanisan madu,

disembah oleh orang-orang cantik di dunia,

sangat termasyur,

kecantikan sang Ratna Manggali.


67