Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/79

Kaca puniki kavalidasi

275.Milang-mileng denia mulat,
tan pasang matra kapanggih,
singgih sang seri mahadwija,
ndi nggon nira sang lalis,
angling sang mahayati,
haywa tumingaling luhur,
ngguan nira sang utama,
mingsor lihati patiting,
katon meru,
atepika sasingitan.


276. Rinengganing sarwa sekar,
risanmukanika radin,
tiningkah-tingkah telaga,
wenia suda hening,
kumuda sehen seri,
rakta nila sudah sindu,
rinabasang brahmara,
rabinia arsa ningali,
dadi lipur,
jalunia amanggih suarga.


277. Pira kunang sinungjiWa,
denira sang mahayati,
sama rnantukang aswadesa,
meh wonten sangang wengi,
denira adoh lumaku,
wetning durganing awan,
ararian sira alinggih,
sering taru,
watning katiksenaning arka,


278. Tinonira na pangangsuan.
sigra sira mamarani,


Ke sana ke mari dilihatnya,
tidak terlihat sedikitpun olehnya,
Ya paduka sang pendeta agung,
di mana letaknya orang yang
meninggal,
berkatalah sang pendeta agung,
janganlah kamu melihat ke atas,
tempat beliau orang yang utama,
di bawalah lihat dengan cermat,
kelihatan maru,
atapnya (sangat) baik.

Dihiasi dengan beraneka-warna
bunga,
di mukanya meru itu,
di isi telaga.
airya suci bersih Oemih),
tunjung(nya) sarat berbunga,
(warnanya) merah biru dan putih.
diisap oleh kumbang,
istrinya senang melihatnya,
akhimya senang,
(karena) suaminya mendapat
sorga.

Entah berapa banyaknya dikaruniai
jiwa,
oleh beliau sang pendeta agung,
semua pulang ke desanya masing-masing,
barangkali ada sembilan malam.
oleh beliau jauhnya berjalan,
karena rusaknya jalan,
berhentilah beliau (serta) duduk,
di bawah pohon,
akibat panasnya matahari.

Dilihat beliau tempat mandi,
segera beliau mendekati,

80