Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/81

Kaca puniki kavalidasi

asasanjan hanut kapti,
sang diah arsa wot sari,
sinarya amekul suku,
selahnia amelas arsa,
angisek-isek anangis,
kagereking luh,
marabas anut kapeya.


282. Singgih sang seri muniswara,
wara,
daweg tumulusa asih,
ring wong muda hina seraya,
anamtami tuas apingging,
sulah sad tatayi,
rehing kaluputan laku,
dening suwa karma,
yan tan sih sang mahayati,
maran papa,
patakaning awak,


283. Keda minta linukat,
apan sang seri mahayati,
murtining parama Siwa,
amunah sakuehing weci,
ndan sang seri mahayati,
madura wetuning wuwus,
kamekaranang setra,
siapa swaparanta nini,
kaduk rumrus,
warna pasancayeng rimang.


284. Sang diah kalih sama anembah,
selahe amangun ragi,
Weksirsa Mesa Wadana,
weruha sang Maha yati,


hendak jalan-jalan,
sang putri mau menyembah,
seraya memeluk kaki (pendeta),
perbuatannya menimbulkan belas kasihan,
terisak-isak menangis,
deras keluar (air matanya),
sampai meleleh di pipinya.


Ya paduka sang pendeta agung,
teruskanlah berkah (paduka).
dengan orang (yang) hina miskin (dan) tanpa teman,
menuruti pikiran jahat,
melakukan sad tatayi,
karena salah jalan perbuatan (hamba),
oleh perbuatan sendiri,
kalau tidak berbelas kasihan sang pendeta agung,
akhirnya papa,
(karena) kebusukan diri sendiri.


Lalu (ia) minta supaya disucikan,
karena sang pendeta agung,
penjelasan dewa Siwa,
menghilangkan segala noda,
tetapi sang pendeta agung,
manis keluar perkataannya,
kebetulan ketemu di kuburan,
siapa gerangan namamu,
sangat cantik,
rupamu sangat menarik hati.


Sang putri keduanya menyembah,
tingkah lakunya menyenangkan,
Weksirsa, Mesa Wedana,
tahulah sang pendeta agung,


82