Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/83

Kaca puniki kavalidasi

wus aningkah dunungan,
setaning katekan tamui,
gereh gumuruh,
hana sabdaning akasa.

288. Yatna-yatna nini Rangda,
kumemit ikanang urip,
mangke Kala Mertiu datang,
manggang lapa amerih bukti,
Ndan si Rangda mangkeki,
tan weruh pangataging Mertiu
kalalah dening suka,
kurang sira sang mahayati,
sigra rawuh,
tumanduk hana ring pura,

289. Sira Rangda aswagata,
tija bagia sang maharsi,
yaya taru kapanasan,
Jirah katibaning riris,
datang sang mahayati,
sumawur sang wawu rawuh,
meneng haywa dadewa,
akaruan sira alinggih,
akueh rawuh,
sepakaraning panyapa.

290. Suka sang seri dwijawara,
kendahan dening penemui,
sarjawa dening angusap,
duh singgih yayi sang padmi,
ndi sang serining puri,
sira ta tan weruhing mantu,
liwar sihira dewa,
amupuani wang kasiasih,
budia rumh,
setaning angega brata.

84

setelah mengatur tempat tidur,
karena kedatangan tamu,
guruh gemuruh,
ada sabda dari langit.

Siap-siaplah kamu Rangda,
memelihara jiwamu,
sekarang Kala Mertiu ( dewa Kematian) datang,
ternganga karena ingin makan,
tetapi sang Rangda sekarang,
tidak tahu dicari Mertiu,
dikalahkan oleh kesenangan,
tersebutlah beliau sang pendeta
agung,
segera datang,
datang berada di puri.

Sang Rangda lalu menyambut,
berbahagialah ratu sang resi agung,
seperti kayu kekeringan,
Jirah dituruni hujan,
datang (ratu) sang pendeta agung,
berkatalah sang baru datang,
janganlah banyak ceritera,
berdua mereka duduk,
banyak orang datang,
dengan tatacara penyambutan.

Senang sang seri pendeta agung,
tercengang dengan persediaan tamu,
halus caranya bicara,
aduh adinda yang berbudi baik,
di mana yang menjadi inti puri,
orang yang tidak tahu menantu,
betul-betul baik budi dewa,
memungut orang yang miskin,
bijaksana berpikir,
karena (kamu) memegang berata.