Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/84

Kaca puniki kavalidasi

291. Luir prabanikang sasangka,
awartaning sarwa urip,
yan ring ambek mautana,
suci luir jeroning udadi,
ndan sira Rangda angling,
singgih ranak sang mabiksu,
kalih sampun winarang,
geneping sapali-pali,
wong anawang
kotamaning sang brahmana.

292. Pitangkui sang mahadwija, Bawula ngereh iriki,
maka pageguaning pura,
rowanganing sepati urip,
apan tanana laki,
presida mimasan juru,
hatur mineng telaga,
taning wong angumit,
den tumulus,
suecaning wong hina seraya,

293 . Sumawur sang yatiwara,
ramani ya hyanta rari,
sanmataneng nir aseraya,
paran tawuraning silt,
yan tan sewa iriki,
maka walaning sang ayu,
asreran suka-duka,
kedia atur paring uluh gading,
wiyala nungga,
paras-paron pasarpana,


Sebagai sinar sang bulan,
memberi hidup setiap kehidupan,
kalau pada pikiran yang baik,
suci seperti di dalam lautan,
lalu sang Rangda berkata,
ya anak tuanku pendeta agung,
keduanya sudah dikawinkan,
lengkap dengan upacaranya.
orang kawin,
(sesuai) dengan keutamaan sang
brahmana.

Permintaan saya (kepada) sang
pendeta agung,
Bawula (biarkan) berdiam di sini'
sebagai penguasa rumah ini,
diajak mati hidup (sehidup-semati),
karena tidak ada lelakinya,
sebagai penguasa ( di sini),
seumpama ikan di dalam telaga,
tidak ada orang memelihara,
supaya lanjut,
belas kasihan (terhadap) orang yang
kekurangan teman

Berkata sang pendeta agung,
sangat baik kata-kata adinda,
membahagiakan aku yang tidak
punya teman,
apa (yang dipergunakan) membalas
budi,
kalau tidak diijinkan di sini,
sebagai suami sang ayu,
bersama-sama suka-duka,
diumpamakan sebagai buluh gading,
ular menunggu,
saling tolong terus-menerus,

85