Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/88

Kaca puniki kavalidasi

manira aptia surud,

apan luputing sila,

angrudah sasaneng nguni,

laku neluh,

amati-mati tan salah.


304. Apan sang seri yogiswara,

sekala Hyang jinamurti,

amunah saluiring camah,

siwaning amerih subudi,

kuneng sira sang yati,

mesem mawacana harum,

mangke kapo kahyunta,

amerih panudaning sisip,

apan agung,

dandaning sulah dusta.


305. Amatia wong nira dosa,

saluwiraning sad tetayi,

ewuh yan amari suda,

kimuta wang kadi kami,

Sanghyang Hari Candani,

tan sida sajroning ukur,

hana ling nikang sastra,

tueknia hana ring weci,

sewu satus,

tahun nika tinama.


306. Dahat mara sira Rangda,

matu tirtaning aksi,

sesegan denira angucap,

polahe angasih-asih,

tulus aken mangkeki,

yan tan asih sang biksu,


saya berkehendak melakukan
penyucian,

karena salah jalan,

menghapus perbuatan yang dulu,

melakukan perbuatan ilmu hitam,

membunuh (orang) yang tak berdosa.


Karena sang seri kepala yogi,

nyata beraliran Buda,

melenyapkan segala dosa,

guru (orang) yang mencari kebaikan
budi,

maka beliau sang pendeta,

ketawa kecil (serta) berkata (dengan) manis,

begitu kehendak adinda,

berkehendak melenyapkan dosa,

karena besar,

kesalahan orang melaksanakan kejahatan.


Membunuh orang yang tidak berdosa.

segala yang melaksanakan dosa,

sulit akan melakukan penyucian,

apalagi seperti kakanda,

Ida Sanghyang Ari Candani,

tidak bisa di luar batas,

ada dikatakan dalam sastra,

selamanya berada di kawah,

seribu seratus,

tahun lamanya kena hukuman.


Terlalu takut sang Rangda,

keluar air matanya,

terbata-bata dia berkata,

tingkah lakunya mengibakan hati,

lanjutkanlah sekarang,

kalau tidak belas kasihan sang
biksu,

89