Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/96

Kaca puniki kavalidasi

rasa-rasana,

lipur-lipur ring hati.


333. Pagehen ambeking setri supati berata,

tolih lakinta nini,

pa wawu saaras,

heman yan tan putusa,

yasanta astitiyeng laki,

sira Bawula,

sumauri sang ari.


334. Iringan yayi wacana sang pengempuan,

apan liwating asih,

sualen pangeran,

risuda haneng rnanah,

maka cihna sisia bakti,

ndan sira sang diah,

kesel rasaning hati.


335. Marrna sang dwija kari semang-semang,

tumingali sang putri,

ketabeng suwa cita,

rilampusaning ulah,

marma wineng wong kinanti,

winarah-warah,

sandikan nikang aji,


336. Apan tuhu kawengan nira utama,

mangke wus purna jati,

luwir jaroning samudra,


pikir-pikirkanlah,

senang-senangkalnalh di hati.


Teguhlah perbuatan istri baik pati brata (setia),

lihatlah suamimu anakanda,

karena baru menjadi mempelai,

sayang kalau tidak dilanjutkan,

pengabdianmu berb~ti kepada suami,

Mpu Bawula,

berkata kepada sang istri.


Ikutilah adinda perkataan sang pendeta,

karena amat belas kasihan,

gantilah perasaan sedih,

dengan perasaan yang suci,

sebagai ciri murid berbakti,

tetapi sang Ratna Manggali,

(tetap) sedih di dalam hati,


Itu sebabnya sang biksu tetap sedih,

melihat sang putri,

terlintas dalam hati,

membunuh diri,

itu sebabnya beliau diawasi.

dinasehati,

apa yang dikatakan dalam sastra.


Karena beliau benar-benar keturunan orang utama,

sekarang sudah hilang kesedihan itu

seperti di dalam laut,


97