Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/99

Kaca puniki kavalidasi

awelasing wong kasiasih,

jatining surya,

tan samaha muli,


345. Sawatning sihaneng ratu hinartaka,

nitiasa handa sih,

mangke inugrahan,

riswastaning nagara,

paran tawura ning sih,

tan papremana,

sihira sang mahayati.


346. Dina ratri maka atma kesti ring cita,

mangke sang mahayati,

maka peniklan,

akaren suka-duka,

rewanganing sepati urip,

ingke angora,

haneng Daha negara.


347. Sawur paksi sira sakuehing pandita,

tinuting ring para mantri,

sama ngupak sama,

weruh yan pinaritranan,

anuhua ajnya seri bupati,

marah sukenia,

sumawur sang mayati.


348. Singgih pukulun sang seri paduka nata,

wonten kayandika aji,

sidoning sakarya,

sirna ikanang murka,


memberkahi orang yang menderita,

benar-benar seperti matahari,

tidak pilih-pilih menyinari.


Karena (tuanku pendeta) memberkahi ratu yang miskin,

yang senantiasa mengharapkan belas kasihan,

sekarang sudah diberkahi,

kesentausaan negara,

apa yang dipakai membalas terhadap berkah tersebut,

tidak terhitung,

berkah sang pendeta agung.


Siang malam sang pendeta diharapkan harapkan,

sekarang sang pendeta agung,

sebagai pemilik nagara ini,

bersama-sama (merasakan) suka-duka,

bersama-sama sehidup semati,

di sini sang pendeta,

di negara Daha.


Sebagai suara burung (setuju)para pandita,

diikuti oleh para mentri,

semua menyembah,

karena tahu mendapat pertolongan,

melaksanakan perintah sang raja,

dari hari yang senang,

berkatalah sang pendita agung.


Daulat tuanku raja,

adanya kehendak tuanku raja,

berhasillah usahanya,

hilanglah segala yang jahat,


100