Kaca:Geguritan Jayaprana.pdf/7

Kaca puniki kavalidasi

Beberapa tahun kemudian.

Pada suatu hari, raja menitahkan I Jayaprana, supaya memilih salah seorang dayang-dayang yang ada di dalam istana atau gadis-gadis yang ada di luar istana. Mula-mula I Jayaprana menolak titah baginda, dengan alasan, bahwa dirinya masih kanak-kanak. Tetapi karena dipaksa oleh raja, akhirnya I Jayaprana menurutinya.

Ia pun melancong ke pasar yang ada di depan istana hendak melihatlihat gadis yang lalu-lalang pergi ke pasar. Tiba-tiba ia melihat seorang gadis yang sangat cantik jelita. Gadis itu bernama Ni Layonsari, putra Jero Bendesa, berasal dari Banjar Sekar.

Melihat gadis yang elok itu, I Jayaprana sangat terpikat hatinya. dan pandangan matanya terus membuntuti lenggang gadis itu ke pasar. Sebaliknya Ni Layonsari pun sangat hancur hatinya, baru memandang pemuda ganteng, yang sedang duduk-duduk di depan istana.

Setelah gadis itu menyelinap di balik orang-orang yang ada di dalam pasar, maka I Jayaprana cepat-cepat kembali ke istana, hendak melapor ke hadapan Sri Baginda Raja.

Laporan I Jayaprana diterima oleh baginda, dan kemudian raja menulis sepucuk surat.

I Jayaprana dititahkan membawa sepucuk surat ke rumahnya Jero Bendesa. Tiada diceritakan di tengah jalan, maka I Jayaprana tiba di rumahnya Jero Bendesa. Ia menyerahkan surat yang dibawanya itu kepada Jero Bendesa dengan hormatnya. Jero Bendesa menerima terus langsung dibacanya dalam hati. Jero Bendesa sangat setuju apabila putranya yaitu Ni Layonsari dikawinkan dengan I Jayaprana. Setelah ia menyampaikan isi hatinya 'setuju' kepada I Jayaprana, lalu I Jayaprana memohon diri pulang kembali.

Di istana.

Raja sedang mengadakan sidang di pendopo. Tiba-tiba datanglah I Jayaprana menghadap melaporkan pesanan Jero Bendesa ke hadapan Sri Baginda Raja. Kemudian raja mengumumkan pada sidang yang isinya antara lain : Bahwa nanti pada hari Selasa Legi wuku Kuningan, raja akan membuat upacara perkawinannya I Jayaprana dengan Ni Layonsari. Dari itu raja memerintahkan kepada segenap Perbekel, supaya mulai mendirikan bangunan-bangunan rumah, balai-balai selengkapnya untuk I Jayaprana.

Menjelang hari upacara perkawinannya, semua bangunan-bangunan sudah selesai dikerjakan dengan secara gotong-royong. Semuanya serba indah.


8