Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/67

Kaca puniki kavalidasi

63

9. "Kedua ada permohonan saya pada Tuan, sesudah saya menghamba, ya kalau seandainya Tuan, sudah bosan di hati, janganlah diam-diam, tidak cinta mencari dalih, walaupun Tuan tidak lagi cinta, janganlah tidak berkata pada saya, dengan air muka, supaya berterus terang Tuan, mengatakan pada saya."

10. Kemudian I Mladprana menjawab, "Oh Dik, saya tidak mungkin, tidak benar-benar sayang, sungguh saya tidak takut, akan mempertaruhkan nyawa, tetapi relalah Adik, mengikuti saya pulang, ke sana ke Purbawyadnyana, walaupun sudah, saya punya dua orang, tidak sepadan dengan Adik."

11. Kemudian si jelita menjawab, "Ya saya, tidak menolak, Tuan berjalan di depan saya di belakang Tuan, supaya agak samar sedikit." I Mladprana menurut, serta berjalan pelan, si jelita di belakang, mempersiapkan, mengambil jiwanya yang sakti, nguyup bayu idep sabda.

12. Sekarang I Mladprana secara diam-diam dikenai jiwanya, jatuh kelelahan, pikirannya bingung, tidak kuasa berjalan, dunia dilihat gelap, kemudian si jelita mendekat, sudah berubah berupa Ni Dukuh, nguyup membunuh seketika I Mladprana sudah melayang jiwanya, mayatnya bagaikan ditidurkan.

13. Karena Ni Dukuh sangat benci maka ia ingin, langsung akan ke Purbawyadnyana, karena waktu sudah siang, kemudian Ni Dukuh langsung pulang, sampai di rumahnya didapatkan, mayat dua orang tanpa kepala, I Rudita dan Dustaka, Ni Dukuh marahnya bukan main, menyesalkan diri tidak terkira.

14. Sekarang diceritakan mayat I Mladprana kuning langsat, dengan tanda-tanda, hujan deras angin berembus, cahaya pelangi melengkung, dunia dan langit semuanya kuning, petir kilat sambar menyambar, hujan kembang dan gempa, mayatnya harum, semerbak baunya memenuhi a1am sekitarnya, kumbang merebut.

15. Kawitweruh sekarang sudah bangun menerajang, dan ia mendekat, I Mladrana didekati, ditemukan sudah mati, Wakparusa nangis berang, Kawitweruh menepuk dada, menangis tersedu-sedu, dan berkata, "Kakak pulang, untuk menyampaikan." Sekarang langsung ke hutan, mohon pada Mpu Wrediaguna.

16. Kawitweruh di sana menunggui dan Wakparusa, kemudian pulang, sesampai di rumah ia berkata, menceritakan kejadian kekalahannya,"Nah Adik ke sana sekarang, ke desa Jenggalatresna, Bapak akan langsung, menghadap pada Mpu Wrediaguna." Lalu berjalan, Wakparusa cepat berjalan, tidak diceritakan perjalanannya itu.