Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/86

Kaca puniki kavalidasi

82


2. "Ya kamu anak-anak hambaku laki perempuan, kau semuanya, pergilah ke Pamengkang, antarkan Sang Ayu, kemudian tunggui di sana." Menu- rutlah semua mengiringkan, Sang Prabu berkata halus, pada Ni Ketut Oka, “Ya Adik, di Pamengkang dua hari, selesai mandi kembali lagi kemari."

3. Ketut Oka mohon diri dan berjalan ke Pamengkang, sesampai di sana, hatinya masih bingung, berhasil berpisah dengan Sang Prabu, bagaimana mencari I Mladprana, begitulah pikirannya tidak dapat dilupakan, ke- mudian ia tidur menjungkir, mengaduh-aduh berdesah, penglihatannya kabur, air matanya bercucuran, menangis tersedu-sedu.

4. Ni Ulasari bingung sekali menyaksikan, yang menderita sengsara, sangat kasihan juga hatinya, mendekat memeluk kaki, "Duh Dewa Sang Ayu yang utama, apa yang disusahkan katakanlah pada saya, mungkin saya bisa, menghilangkan, dengan ladenan pelaksanaan bakti, saya bersedia menuruti."

5. Kemudian Sang Sayu menjawab tersendat-sendat pelan, "Ya kalau kamu setia, dengan perasaan ikhlas, Kakak beritahu kamu, sebabnya Kakak sakit hati, Kakak bersaudara dua orang, sekarang ditinggal jelas sedih, Kakak sudah senang di sini, ia di rumah, jelas sakit hati, mungkin saja bisa membuang diri.

6. Ni Ulasari menyela menjawab, "Kalau benar, itu sebabnya, saya menu- ruti kehendak, sekarang mencari pulang, buatkanlah sedikit surat, ini pensil dan kertas." Jangga Ketaki menyahut, "Bisa kamu merahasiakan, supaya jangan, diketahui kedatangannya kemari, oleh orang-orang Pra- tana.

7. Supaya jangan orang di sini tahu, menyatakan memilih suami, mati ti- dak berteman." Ni Ulasari menjawab, "Janganlah khawatir Gusti, saya tidak akan bodoh, saya berbakti dengan tulus ikhlas, walaupun jauh di- pisahkan hutan, saya mengantar, cepatlah menulis surat.” Ketut Oka kemudian menulis,

8. "Oh ini cincin, andaikan Gusti, saya menghadap Kakak, mengingatkan cinta kita, karena sekarang Kakak masih teguh, supaya jangan Kakak lu- pa, pada kesetiaan yang sudah lewat, walaupun berjauhan tempat, supa- ya jangan Kakak menganggap saya kurang setia, pada Kakak, saya be- nar-benar masih cinta.

9. Walaupun sekarang Kakak tidak ingat pada saya, jadi memusuhi, tidak mengingat kesetiaannya, walaupun Kakak tidak cocok, tidak henti- hentinya saya menggantungkan diri, walaupun berjauhan tempat, hati saya sudah di sini, benar-benar jiwa saya, tidak berpisah, pada Kakak se- lalu melekat, karena besar kasih sayangnya.