Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/87

Kaca puniki kavalidasi

83


10. Walaupun tujuh kali menjelma menjadi manusia, supaya bertemu, lagi ingatkan cinta kita, lekatnya seperti dahulu, karena cintanya melekat di hati, sekarang kehendak Bhatara, memisahkan saya dengan Kakak, ka- rena cinta Kakak putus, pada saya, putus sekali, rasanya tidak berbekas sedikit pun.

11. Ya walaupun sekarang sudah ada yang lebih baik, tempat menggantung- kan pikiran, yang menghanyutkan hati, janganlah putus sekali, berpa- ling dan bermuka masam, ingatlah sedikit, kesetiaan saya yang sudah lewat, tidak pernah merasa goyah, terus menerus, tidak berubah sedikit pun, berbakti seumur hidup.

12. Begitu sebenarnya hati saya berbakti selalu setia, tertuju pada Kakak, berani mempertaruhkan jiwa, sekehendak Kakak saya turuti, umpama- nya sekarang Kakak, menipu membohongi saya, di depan serasa takut, melawak rasanya setia menurut, diperhatikan, Tuan melempar sembu- nyi tangan.

13. Kalau tidak demikian hati Kakak pada saya, mengapa langsung diserah- kan, pada Ni Dukuh Sakti, dan dipersembahkan pada Sang Prabu, di negara Pratana, raja Nirnaya yang jejaka, banyak memiliki tentara kaya tampan, juga akan saya layani, saya tidak ingin, untuk menduakan suami, hanya ingat pada Kakak.

14. Itulah sebabnya sekarang saya mencoba, kalau memang Kakak, masih ingat sedikit saja, ingat karena sudah terlanjur bersama-sama menderi- ta, carilah saya ke sini, kalau Kakak sudah ikhlas, titipkanlah kepada saya cincin, yang di kelingking kanan, tanda putus, saya mohon pamit meninggal, meninggal karena setia takut berpisah.

15. Di kemudian hari supaya bersama-sama menjelma menjadi manusia, ini- lah permohonan saya, pada Sang Hyang Uma-Stiti, supaya menyaksikan dan menunjukkan, supaya saya menjadi orang laki-laki, Kakak menjadi wanita, supaya menemukan sakit hati, begini seperti saya, tidak henti- henti, benci malu prihatin, akan menghamba pada Sri Nata."

LIII. PUH SINOM

1. Setelah selesai menulis surat, berkata pada Ulasari, "Nah ke sanalah se- karang berangkat, menuju hutan Suradwipa, sesampai di sana belok ke timur." Ni Ulasari berjalan, sudah sore dan hari sudah malam, sekarang sudah sampai di hutan, dan terus, berjalan menyusuri hutan.