Kaca:Geguritan Pan Bungkling.pdf/44

Kaca puniki kavalidasi

panjang, sampai di ujung kaki, akhirnya terjatuh, dan di jalan
kejar-mengejar.

245. Suaranya ribut tak menentu, lari dengan membuang bedilnya,
ada pula yang meloncat, lalu dipukul dengan pemukul kayu,
orang-orang Pamamoran, keberaniannya menyala-nyala, ngamuk sejadi-jadinya, menombak dan menembak dari dekat,
ditulup, dan ada pula menusuk dengan keris.

32b.

246. Sorak sorai tak berkeputusan, mereka yang mengejarnya, suara
tembakan berkepanjangan, para pemimpinnya bertanya-ta-
nya, melihat rakyatnya mundur, Raden Ende Batu Karu, Ra-
den Lagangkoka, Raden Botoh Manail, menyuruh agar nga-
muk, mereka yang menunggangi kuda.

247. Sekarang segera didesak, saudara-saudara sudah mundur, lawan
bunuh membunuh, saling kapak dan saling potong, malu me-
ninggalkan, musuh masih tiga orang, setelah selesai perunding-
an, mereka berkeliling mengejarnya, untuk mengurungnya,
pusatkan perhatian sekarang.

248. Karena ribut tak menentu, dan Pan Bungkling memberi tanda,
menyuruh agar mencari tempat, orang-orang Pamamoran,
semua mundur, diam di tempat potongan bambu itu, mengapit sawah yang berair, dan sudah bersiap-siap dengan bedilnya, bila mereka maju, saat inilah lawan bertempur.

249. Pada saat yang baik itu semua gembira, menyangka bahwa
musuh takut, maka mereka segera ngamuk, menaiki kuda dan
sapi, bersorak sorai terus menerus, bermandikan bunyi tabuhan, dengan panah dan bandrang, semua mengejar dengan suligi,
mengejarnya, melalui sawah berair itu.

33a.

250. Sesaat setelah masuk ke lapangan itu, tak kurang dari dua ribu,
kuda-kuda tersungkur, potongan bambu itu telah mengena,
ada yang terjungkir, ada yang kakinya patah, lainnya ada yang
tergeletak, yang lain lagi digilas kereta, berjatuhan, seluruh
mereka yang berbudi.

251 . I Gusti Wayahan Ambuak, beserta I Gusti Sempidi, bersama

44