Kaca:Geguritan Rusak Sasak.pdf/121

Kaca puniki kavalidasi

381. Tuwi suba pragat makanda
makejang,

pangenter manegakin,

jaran mangulahang,

suradadu ngarepang,

gupekannyane titir,

preret tan pegat,

matimbal mangempengin.


382. Anak Agung Gde Putu
mangkin ucap,

penter ngedum ngukuhin,

ngamel jeroning kuta,

bedil mapoos atap,

tumbake titib mongkolin,

yaning karegah,

tumbak anggon manyabit.


383. Tehes amuk apang tuara
da kilesan,

i suradadu raris,

kucup mangarepang,

mamedil tuara pegat,

pendete ngebekin langit,

sikep nagara,

manguales mamedilin.


384. Saking cerongcong gelare
maambal-ambal,

becek matatu mati,


Setelah selesai
bermusyawarah semua,

komandannya menunggang
kuda,

memberi aba-aba,

serdadu maju ke depan,

bunyi gendrang bertalu-talu,

bunyi terompet tidak
putus-putusnya,

bergantian memekakkan
telinga.


Diceritakan sekarang Anak
Agung Gede Putu,

pandai membagi tugas dalam
bertahan,

mempertahankan dalam kota,

senapan berkelompok dengan
tertib,

di belakangnya pasukan
tombak,

jika musuh sampai memasuki
benteng,

akan dilayani (ditusuk) oleh
pasukan tombak.


Didesak dan diamuk supaya
tidak ada kesempatan
bergerak,

lalu serdadu maju bergabung
ke depan,

tidak putus-putusnya
menembaki,

sinar mesiu memenuhi langit,

pasukan istana,

membalas menembaki.


Dari benteng pertahanan

yang berlapis-lapis itu,

hancur banyak yang luka dan