Kaca:Geguritan Rusak Sasak.pdf/123

Kaca puniki kavalidasi

mabiuran akeh maniding,

ngalih alingan,

ada mataker medil.


388. Anak Agung Gede Putu
mangulahang,

saha parekan ginting,

malih maosogan,

siat saling pakamah,

liu mapat ambah mati,

musuh len rowang,

sotaning wira kalih.


389. Sri Paduka tuan Jendral
lintang menggah,

mangutus Ubrus kalih,

kapten mangulahang,

nganggar makta kalewang,

rupane sami ngeres-resin,

kumisnya lebat,

lingker mairib arit.


390. Mua baag laliate asereng
galak,

jenggote ngawir-awir,

mawangsit ngulahang,

medingang baan kalewang,

suradadu buka tigtig,

kucup ngarepang,

mabriuk pada medil.


sekali kena terus mati,

pasukan istana,

bubar dan banyak yang lari,

mencari tempat berlindung,

ada pula yang melawan
menembak.


Anak Agung Gde Putu terus
mendesak,

dengan pengikutnya semua
sudah siap,

lagi bergumul,

perkelahian saling tikam,

banyak yang menjadi korban,

musuh dan kawan,

prajurit dari kedua belah
pihak.


Sri Paduka Tuan Jendral
sangat marah,

memerintahkan kepada
Kapten Ubrus,

untuk terus mendesak,

mengangkat pedang,

rupanya semua menakutkan,

dengan kumis yang lebat

melingkar seperti sabit.


Muka merah pandangan

matanya tajam dan galak,

janggutnya berjurai,

memberi tanda untuk
menyerbu,

menunjuk dengan pedang,

serdadu Belanda,

seperti dicambuk,

terus maju,

serentak mereka menembaki.