435. Maluluhan mangarudug buka
ombak,
sasisanyane mati,
ngubug pati trejak,
ngurepak negen tumbak,
ada nadtad bedil cerinit.
ngaja kanginang,
ka Cakra telas ngungsi.
436. Suradadu sampun bebas
mangkin ngambiar,
Karang Madain keni,
nungked dangin marga,
tuara sentosa ngulah,
kakendanganya magending,
mangkin kaucap,
Anake Agung Lingsir.
437. Sampun wikan bau satrune
kalih ngulah,
gelis raris nauhin,
sikep saking Cakra,
ngulahang manerejak,
musuhe ne maka kalih,
mangelintang gelar,
lawan maamuk gisi.
438. Bau mara sikep Cakrane
majalan,
teman-temannya semua.
berkelit (mundur).
Berduyun-duyun
bergelombang seperti ombak,
sisa daripada yang mati lari
tunggang langgang,
berdetakan bunyinya.
memikul tombak,
ada pula yang menjinjing
senapan,
menuju ke timur laut,
semua mengungsi ke Cakra.
Serdadu Belanda sudah dapat
membebaskan dan mereka
terpencar,
Karang Madain juga sudah
ditaklukkan,
sampai ke timur, jalan,
tidak puas-puasnya terus
mengusir,
gendrangnya terus
berdendang (berbunyi),
sekarang diceritakan Anak
Agung Lingsir (raja tua).
Sudah mengetahui musuh
terus menyerbu,
lalu segera beliau
memerintahkan pasukan dari
Cakra,
untuk menghadapi dan
menyerbu,
musuh keduanya,
melewati benteng,
lawan dan amuk.
Baru pasukan Cakra berjalan,
sudah bersiap-siap hendak