Kaca:Geguritan Rusak Sasak.pdf/143

Kaca puniki kavalidasi

kota Cakra ban jarenat,

saking Pagesangan kalih,

Mataram lintang titir,

rata kaujanin sampun,

akudang dina suba,

lemeng lemah tan paganti,

kota Cakra,

saksat mamusuh ring kilap.


456. Mabiayuhan jeroning gelar,

ada mati sedek wengi,

ada mati sedek nyakan,

tan ucap mati di margi,

akudang umah nyumprit,

len puun tong dadi tulung,

di puri makadinya,

yan akudang umah bresih,

tuting gedong,

pasimpenan obat bebas.


457. Duk puune kabinawa,

rasa manguugang gumi,

makeplag dadi ambara,

apine saksatang kadi,

parem brahma ngaresresin,

munyin ngengengane liu,

nyambatang dewa sweca,

durus ngamel raja Bali,

nyen ta ngugu soroh munyin
kapalingan.


serdadu Belanda menghujani,

kota Cakra dengan granat,

dari Pagesangan dan Mataram
sangat hebatnya,

merata dihujani,

setelah beberapa hari,

siang dan malam tidak
henti-hentinya,

kota Cakra seperti

bermusuhan dengan halilintar.


Panik di dalam benteng,

ada yang mati pada waktu
malam hari,

ada yang mati sedang
menanak nasi,

tidak terhitung yang mati
di jalanan,

entah berapa rumah.

terjungkir (roboh),

yang lain terbakar tak dapat
ditolong,

seperti yang di istana,

entah berapa bangunan rata
dengan tanah,

sampai gedung,

penyimpanan obat habis
dihancurkan.


Waktu terjadi kebakaran
sangat mengerikan,

seperti hendak

menghancurkan dunia,

berdentuman di angkasa,

timbul api seperti,

param api besar sangat
menakutkan,

terdengar sesambat,

menyebut "Dewa
lindungilah",