Kaca:Geguritan Rusak Sasak.pdf/145

Kaca puniki kavalidasi

461. Mahawinan galang kangin
sampun napak,

suradadu nemangin,

ne di kota Cakra,

ancute kaja ucap,

lod Tohpati kajaegin,

madan Rigrigan,

Sindune kaarepin.


462. Saking kelod Tunggakbelane
katemang,

ne kauh wantah radin,

banjar Pande bebas,

suba lolos nganginang,

kocapang mangkin di puri,

nak Agung wikan,

kodale kaler gilis.


463. Mairingan batu bata ring
parekan,

pramenak akeh ngabih,

makadi punika,

ne mula mangamelang,

i batu bata caliring,

rosning purusa;

pragusti kadang aji.


464. Yan ne suba tuara gingsir
tuara ginggang,

ngarepin satru kangin,

dening ngumandelang,

sanjata paling mangap,


Itulah sebabnya ketika fajar

menyingsing sudah sampai,

serdadu menghalangi,

di kota Cakra,

di ujung utara diceritakan,

di selatan Tohpati ditinjau,

bernama Rigrigan,

desa Sindu yang dihadapi.


Dari selatan desa Tunggakbela
diserang,

yang dari barat sudah aman,

Banjar Pande sudah
dibebaskan,

sudah lolos ke timur,

diceritakan sekarang di puri,

Anak Agung sudah
mengetahui,

lalu segera keluar ke utara.


Diikuti oleh prajurit dan

para pelayan banyak para
bangsawan yang
mendampingi,

oleh karena orang-orang itu,

yang selalu mendampingi
(memegang),

para pengawal sangat
waspada,

memang keturunan
pemberani,

disertai oleh para satria dan
brahmana.


Yang sudah-sudah tidak
pernah mundur dan
menyerah,

menghadapi musuh,

karena mengandalkan,