Kaca:Geguritan Rusak Sasak.pdf/147

Kaca puniki kavalidasi

orongane kakalih,

banjar Pande miwah,

Tunggak belane babas,

nungked kamantri
mangencing,

di jeroning karang,
mangkin ucapang malih.


469. Payudane kaler kauh
maosogan,

medil kabedil kalih,

mahalong-alongan,

ngelah kuciwa tadah,

i suradadu ngarepin,

kalih orongan,

sidane mamedilin.


470. Tuwi ada berahmana
punggawa wira,

irika mangukuhin,

gria kaliliran,

matanggal tan kilesan,

jyesta enak yan papasih
buka di gambar,

siate ngares-resin.


471. Munyin bedil tuara pegat
matimbalan,

buka nguugang langit,

pendet malimunan,

ngebekin biomantara,

mirib gulem menawengin,

tejaning surya,

maujan baan mimis.


menyerbu,

dengan kedua sekutunya,

Banjar Pande,

dan Tunggakbela lari,

sampai para mantri ikut lari,

di halaman,

sekarang diceritakan lagi.


Peperangan di barat laut
sangat hebat,

saling tembak,

berkejar-kejaran,

agak kecewa,

serdadu Belanda menghadapi,

Banjar Pande dan
Tunggakbela,

berhasil menembaki.


Walaupun ada punggawa
brahmana yang berani,

di sana bertahan,

rumah brahmana (geria)
hancur,

mengadu keberanian tidak
mau mundur,

sungguh hebat jika dilukiskan,

seperti dalam lukisan

peperangan sangat
mengerikan.


Bunyi senapan tidak
putus-putusnya saling
sambung,

seperti memecahkan langit,

pasukan berhamburan,

seperti memenuhi angkasa,

seperti mendung yang
menghalangi,

sinar matahari,